09. Mendaki (2)🍃

820 183 37
                                    

Semua siswa sudah sampai di lokasi pendakian. Siyeon tentu saja tak ingin kehilangan jejak Jeno lagi, maka dari itu ia terus-menerus memegang ransel lelaki itu.

Semua siswa kelas 11 diberi pengarahan terlebih dahulu sebelum akhirnya dilepas ke jalur pendakian. Melewati semak belukar dan hutan hingga nanti mereka akan sampai di titik perkemahan.

Siyeon berjalan di belakang Jeno karena mereka hanya melewati jalan setapak, tentu saja ia masih memegang ransel lelaki itu.

"Jeno, pelan-pelan dong jalannya," ucap Siyeon.

Jeno hanya diam, masih terus berjalan.

"Jen, nanti kalo disini ada hantu gimana ya?" tanya Siyeon.

"Semoga hantunya makan lo," balas Jeno.

"Ih!! Jangan nakut-nakutin dong!"

"Gue nggak nakut-nakutin, katanya hantu suka sama cewek banyak bacot kayak lo."

Siyeon bergidik ngeri kemudian mendekatkan dirinya pada Jeno. "Oh iya, nanti kan ada lo yang bisa ngusir hantu. Lo kan bagian dari keluarga dedemit."

Jeno hanya geleng-geleng kepala mendengar ucapan Siyeon.

"Jeno, berhenti dulu yuk? Capek," keluh Siyeon.

"Lo aja sendiri, gue mau tetep jalan."

Karena tidak kuat lagi untuk berjalan, Siyeon pun berhenti dan menarik ransel Jeno untuk menepi di bawah pohon.

"Apaan sih?!" kesal Jeno.

"Istirahat sebentar aja ya?"

"Gue kan udah bilang, lo aja. Gue masih mau jalan."

"Please, Jen. Gue capek."

Jeno mendecak kemudian melepaskan tangan Siyeon dari ranselnya. "Nanti lo ikutin yang lain aja."

Siyeon mendengus melihat Jeno yang pergi meninggalkannya.

Gadis itu duduk sendirian di bawah pohon sembari meminum air. Ia juga memperhatikan teman-temannya yang berjalan melewatinya.

Tak lama kemudian, Siyeon pun kembali berjalan, masuk ke dalam barisan menuju titik perkemahan.





...





Hari sudah mulai sore dan Jeno membantu teman-temannya untuk menghidupkan api unggun. Lelaki itu melirik ke tenda para perempuan, aneh sekali ia tak menemukan keberadaan Siyeon sedari tadi. Biasanya gadis itu selalu mengganggunya.

Jeno bangkit dari tempatnya kemudian berjalan menghampiri beberapa teman perempuannya.

"Siyeon dimana?"

Para gadis pun mengangkat bahu menandakan tak mengetahui keberadaan Siyeon.

Jeno mencari ke seluruh area perkemahan, tapi tetap tidak ada. Sial, kenapa perasaannya jadi tidak enak?

Akhirnya, Jeno pun memutuskan untuk menanyakan Pak Suho selaku wali kelas mereka.

"Loh? Bukannya daritadi dia ngintilin kamu terus?" tanya Pak Suho.

Jeno menggeleng, "Tadi katanya dia capek terus saya tinggal."

"Wah, gawat!!"

Pak Suho pun mengumpulkan semua siswa kelas 11 berserta para guru.

"Semuanya harap berpencar! Siyeon hilang dan kita harus menemukannya sebelum malam!"

Semua siswa nampak mengeluh dan mencari Siyeon dengan asal-asalan, lagipula siapa yang peduli dengan gadis itu?

Jeno sangat kesal melihat teman-temannya yang tidak berguna sama sekali. Kemudian ia menuju jalur pendakian dan mencari Siyeon sendirian.

"Gue sumpahin kalian yang hilang nanti," kesal Jeno.

Lelaki melihat kesana kemari, pandangannya sedikit terganggu karena kabut yang mulai turun.

"SIYEON!!" Jeno berteriak sekencang mungkin.





Bruk!




Jeno terjatuh karena kakinya tersandung tanaman merambat.

"Bangsat! Kalo ketemu bakal gue jadiin perkedel lo, Siyeon! Nyusahin banget jadi cewek!"

Jeno mengusap lutunya yang lebam kemudian mlanjutkan pencariannya.

"SIYEON!! KELUAR LO!!" teriak Jeno.

Lelaki itu berhenti ketika melihat ransel Siyeon berada di bawah pohon tempatnya beristirahat tadi.

Jeno mulai berpikir yang bukan-bukan. Bagaimana jika Siyeon diserang binatang buas atau jatuh ke jurang? Dan kemungkinan terburuknya, bagaimana jika Siyeon benar-benar dimakan hantu?

"Nggak mungkinlah!" Jeno membantah pikiran negatifnya. "Yang ada hantunya keburu emosi gara-gara bacotannya."

Jeno mulai berlari menyusuri jalur pendakian, untuk pertama kalinya ia berharap gadis itu baik-baik saja. Karena bagaimanapun juga, Siyeon bisa hilang gara-gara dirinya.

Langkah Jeno terhenti ketika melihat seorang gadis yang berada tak jauh dari tempatnya saat ini.





"Siyeon!" panggil Jeno.





Gadis itu menoleh lalu melambaikan tangan yang membuat hati Jeno begitu lega.

Siyeon berlari menghampiri Jeno, membawa sesuatu di tangannya.

"Jeno, liat deh kupu-kupunya bagus ya," ucap Siyeon.

"Buang!" suruh Jeno.

"Kenapa? Ini kan bagus."

"Itu pasukan hantu, cepet buang!"

Sontak Siyeon melepaskan kupu-kupu itu dan mendekat pada Jeno.

"Lo kemana aja sih?!" tanya Jeno, terlihat sangat marah.

"Daritadi gue jalan, tapi nggak sampe-sampe. Terus gue istirahat lagi dan liat kupu-kupu itu."

Rasanya Jeno kesal sekali sampai ia memukul pohon yang ada di sebelahnya. "Bisa nggak sih, nggak nyusahin orang?!"

Siyeon menunduk, "Maaf, Jeno."

"Ayo pergi," ucap Jeno lalu berjalan lebih dulu.

Siyeon mengambil ranselnya kemudian berjalan mengikuti Jeno dengan memegang baju kaos lelaki itu dari belakang.

"Jeno, makasi ya udah nyariin gue. Gue pasti udah dimakan hantu kalo lo nggak dateng."

"Y."

🍃🍃🍃
















Tbc...

Terima kasih sudah membaca guys!❤

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang