CHAPTER 32

838 179 63
                                    

DISCLAIMER

Hypnosismic © KING RECORD
STORY © Hatarakimono


Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••

Jiro mengerjap kala matahari masuk lewat celah-celah jendela kamar yang sejatinya masih tertutup rapat. Merasa ada rasa hangat di samping kanan tubuhnya membuat dia menengok dengan malas. Seperdetik kemudian kedua mata bermanik hetrochoma itu membulat melihat siapa yang tertidur di sebelahnya.

Jiro beringsut duduk bersandar pada kepala tempat tidur, rasa kantuknya langsung hilang walau ternyata dia baru saja tidur beberapa jam kala melihat jam weker pada nakas. Dia memeriksa kondisi tubuhnya, untung saja pakaiannya lengkap membuat Jiro menghela nafas lega, karena mau bagaimana dia tetap laki-laki.

Tiba-tiba kepalanya terasa berat, dia pun memijat pangkal hidung yang terasa pening akibat bangun dalam keadaan terkejut.

Ternyata semalaman dia tidur bersama saudara perempuannya itu, padahal Jiro yakin dia hanya menyandarkan kepalanya pada kasur saat dia memasuki kamar secara diam-diam ditengah malam untuk mengecek keadaan [Name]. Jiro takut anak itu kambuh dan melakukan hal macam-macam, maka dari itu dia  memutuskan untuk ikut membolos hari ini, mana bisa dia masuk sekolah dengan tenang setelah apa yang terjadi tadi malam.

Jiro memutar kepalanya ke samping, padahal dia berada di satu ranjang bersama seorang perempuan, namun rasanya biasa saja, hanya sedikit terkejut, malah, terkesan terbiasa. Jiro menggeleng, beberapa menit berpikir Jiro bertopang dagu menatap [Name] yang masih tertidur pulas, masih belum berubah, benar-benar seperti orang mati, terlalu tenang sampai-sampai Jiro tak yakin dia masih bernafas. Tangan Jiro bergerak, telunjuknya berada di depan hidung bangir saudarinya.

Remaja 17 tahun itu menghela nafas lega. ' Masih bernafas.'

' Ah benar juga, katanya dia ingin melihat wajah tidur kami, aku bahkan sudah tidur di sampingnya, tapi kenapa malah aku yang selalu melihatnya tidur.'

Pandangan Jiro kembali fokus pada bekas kemerahan yang masih tercetak jelas di sekitar leher. Manik hetrochoma itu kembali menggelap, tangannya terasa sangat  gatal ingin turun langsung ke arena jika saja dia menuruti emosinya tadi malam, entah apa yang membuatnya sangat marah, padahal mereka baru beberapa minggu mengenal.

Mungkin ini yang kakaknya maksud dengan saudara adalah saudara.

Jiro menarik selimut hingga sampai leher, ia beranjak dengan perlahan, tidak ingin membangunkan [Name]. Gadis itu pasti sangat kelelahan dan kesakitan dari segi fisik maupun mentalnya.

" Jiro-san?"

Suara parau yang memanggil namanya sehalus hembusan pendingin ruangan, membuat Jiro berhenti bergerak dan kembali memutar tubuhnya menghadap [Name] yang kini menungguinya.

" Apa aku membangunkanmu?"

Hening sejenak, [Name] meremas selimutnya berusaha mengeluarkan suara walau sebenarnya rasanya begitu enggan untuk mengatakan apapun. " Aku mengacau ya tadi malam?"

" Tidak usah dipikirkan."

" Aku minta maaf jika lagi-lagi aku mengacau,"

" Memangnya.... Apa saja yang mereka sudah lakukan padamu?"

[Name] tidak membalas, Jiro hanya melihat [Name] meringkuk dibalik selimut.

" Tidak usah dijawab jika kau tidak ingin menjawabnya."

" Kalau begitu bisa tolong biarkan aku sendiri saat ini. Tolong jangan datang, tidak dengan nii-san ataupun Saburo-san."

Jiro ingin bilang tidak, namun Jiro rasa itu bukan jawaban yang tepat,
" Aku pasti akan menghukum mereka, jadi jangan khawatir,"

Atarashi Hito✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang