CHAPTER 38

803 159 50
                                    

DISCLAIMER

Hypnosismic © KING RECORD
STORY © Hatarakimono


Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••

Jiro mengoyangkan tubuh Ichiro yang tengah mengerjit tidak tenang, Ichiro tampak gelisah dalam tidurnya. keringat mengucur deras dari kening, wajahnya pemuda itu terlihat pucat, terlihat jelas dari warna bibirnya yang memudar. 

" Aniki."

Untuk ketiga kalinya Jiro menggoyangkan tubuh kakaknya, namun Ichiro bukannya terbangun, laki-laki itu semakin menggeliat gelisah. Ichiro pasti sedang bermimpi buruk. " Aniki, bangunlah. Ayo pindah ke kamarmu."

Ichiro kembali ke tempat ini, melihat ketiga anak kecil bersama ibu mereka bersembunyi di sebuah ruangan gelap dengan nafas memburu dari pojok ruangan. Anak tertua memegangi tangan adik laki-lakinya yang berlindung dibalik dress sang ibu.

" Anak-anak dengarkan Okaa-san. Jangan membuat suara. Berlindung di belakang okaa-san. Jangan pergi jauh-jauh dari okaa-san."  Suara wanita paruh baya itu bergema di kepala Ichiro, nampaknya wanita itu masih berusaha mengontrol suaranya agar tidak semakin menakuti anak-anaknya. Kedua anak itupun mengangguk patuh.

 Tangan anak 6 tahun itu digenggam erat oleh sang ibu, walau dalam mimpi Ichiro merasakan rasa hangat genggaman telapak tangan ibunya. Helaan nafas pelan sampai ke telinga Ichiro, wanita itu berbalik, menghadap kedua anak laki-lakinya, meraih kepala keduanya, membawa dalam rangkul besar. Beruntung  bayi digendongannya tertidur. Wanita itu mengelus lembut rambut kedua anaknya perlahan, entah bagaimana ekspreksinya saat ini.  Ichiro juga ingin mengetahuinya, apa yang ditunjukan wajah ibunya dalam situasi saat itu untuk menenangkan mereka. Ichiro berharap dapat melihat wajah itu sekali saja, sekali saja dia ingin melihat wajah ibunya.

" Tenang, semua akan baik-baik saja, otou-san akan datang menjemput kita. Otou-san pasti segera kembali. Kita, otou-san dan Jina akan keluar dari sini."

" Memangnya ada apa Okachan?" Tanya Jiro dengan polosnya.

" Tidak apa-apa sayang. Ichiro, pegangi Jiro ya sayang," 

" Iya, okaa-san." Yang diajak bicara mengangguk patuh. 

 Pintu kembali digedor dan dibuka paksa, Ichiro membekap Jiro yang mulai ketakutan dari tubuhnya yang bergetar. Namun hal itu jelas membangunkan Saburo yang saat itu masih berupa bayi berumur 1 tahun yang tidak tau apa-apa. Gedoran itu semakin menjadi. Mereka semakin mundur  dan semakin merapakan diri, berlindung di balik punggung sang ibu. Hingga pintupun berhasil di buka. 

Orang-orang itu masuk, mengobrak -abrik, berteriak, mengancam, berperilaku kasar, membuat keempat ibu dan anak itu bergetar ketakutan. Sang ibu yang berusaha melindungi anak-anaknya menjadikan dirinya sebagai tameng. Sebuah pisau menancap di perut sang ibu, beruntung sang ibu sempat mengangkap tubuh Saburo, membiarkan pisau menancap mulus ke perutnya asal Saburo tidak terkena dampaknya.

Tiba-tiba dia merasa tubuhnya tertarik dan bertukar tempat dengan Ichiro kecil. Dari tempat ini  Ichiro tak bisa memalingkan wajah, dia tidak bisa pergi, pemandangan lebih menakutkan daripada sebelumnya. Namun dia harus menghadapai rasa takutnya, melihat mimpi ini hingga habis, mimpi yang direkam dirinya saat kecil itu.

Seharusnya dia tidak melupakannya. Seharusnya dia mengingatnya walau menyakitkan. Mengapa dirinya membuat keinginan yang kuat untuk melupakannya, sehingga secara otomatis ingatan itu benar-benar terkubur tanpa dia sadar. Sepertinya perkataan Rei  benar, bahwa dia punya penyakit dan ini adalah penyebabnya. Pantas saja, selama ini selalu ada yang mengganjal baginya.

Atarashi Hito✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang