CHAPTER 39

734 154 55
                                    

DISCLAIMER

Hypnosismic © KING RECORD
STORY © Hatarakimono


Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••

Saburo melihat ke luar jendela kamar rawat yang menampilkan langit biru tua pekat. Rupanya sudah terhitung jam sejak dia berada di tempat ini mengingat sepulang sekolah Saburo langsung menuju rumah sakit. Itu karena hari ini Jiro dan Ichiro tidak dapat datang lebih cepet. Mereka memiliki tanggung jawab yang tidak bisa di tinggalkan setelah mengambil cuti beberapa hari ini, begitupula dengan ayah mereka yang sejak pagi pergi ke Shinjuku untuk sebuah urusan bisnis.

Untung saja jadwal Saburo tidak sepadat kedua kakak laki-lakinya yang hanya tidak berstatus sebagai seorang model semata.

Mereka juga mendapat banyak tawaran perkejaan lain, contohnya saja seperti mengisi siaran Radio setiap minggu. Ataupun pembawa sebuah acara sebuah acara biasa ataupun televisi. Belum lagi bisnis keluar mereka yang menawarkan jasa serba guna asal ada yang berani untuk membayar.

Jadwalnya lebih luang itu bukan berarti Saburo tidak sibuk atau tidak terlalu terkenal untuk terus tampil di dunia entertainment. Hanya saja memang sudah sejak awal Saburo tidak mengambil jadwal padat karena tidak ingin menganggu pendidikannya yang baru menginjak bangku sekolah menengah. Saburo tidak ingin waktunya untuk belajar banyak terbuang, masih banyak yang perlu dia pelajari. Lagipula bagi Saburo bekerja dari belakang media pun sudah cukup, malah lebih menguntungkan.

Remaja 14 tahun itu menaruh buku pelajarannya dan beralih pada keranjang buah pada nakas. Keranjang itu masih penuh tak tersentuh, itu karena belum ada yang  menyentuhnya sejak kemarin.

Parcel itu besal dari teman sekelas kedua kakaknya. Mengingat seberapa cepat berita merambat membuat Saburo sedikit mendengus geli. Salah satu hal yang Saburo benci dari menjadi populer adalah karena akan semakin banyak orang-orang yang mengusik hidup pribadinya. Saburo memang ingin di pandang orang lain, dicintai, dan menjadi sebuah 'sosok' berguna. Tapi tidak jika berlebih.

Saburo yakin parcel ini tidak tulus diberikan karena bersimpati pada [Name]. Dunia yang mereka tinggali tidaklah sebaik itu, lebih banyak penjilat diantara ratusan orang yang mencintai mereka, apalagi jika sudah memiliki nama 'sukses'.

Saburo bisa berpikir seperti ini karena melihat fakta bahwa kakak perempuannya hanyalah anak baru yang sering bolos sekolah dengan bermacam alasan, diincaran laki-laki dan sasaran gadis-gadis. Pasti lebih banyak gugatan kebencian.

Parcel-parcel dan ucapan simpati  pasti karena mereka hanya ingin menarik perhatian Jiro seperti layaknya pengganti coklat valentine dan ungkapan simpati yang menarik empati.

Saburo menggeleng, tidak baik jika dipikirkan lebih jauh, ada hal yang lebih penting untuk dia pikirkan.
Sesungguhnya dia tidak terlalu mempermasalahkan itu, toh walau hasil niat terselubung, buah-buahan itu hasil dari jerih payah mereka mengumpulkan uang, jadi sayang untuk diabaikan. Tidak baik membuang makanan yang masih terbilang layak walaupun semampu-mampunya keluarganya saat ini.

Jemarinya lihai menggunakan pisau, walau dia tidak membentuk apel-apel di tangannya menjadi bentuk kelinci seperti yang sering kali Ichiro buat.

[Name] mengerjap sebelum matanya terbuka lebar-lebar. Walau nampak nya hanya mata sebelah kanannya kian memburam parah, itu sangat menganggu, [Name] berharap lebih baik dia buta saja.

Sekali melihat situasi dia tau bahwa saat ini sudah malam. Rupanya dia tidur hingga malam. [Name] menengok ke sampingnya, memperhatikan adiknya mengupas buah di tangannya dengan tenang dalam diam. Melihat bagaimana Saburo tak menyadari dia bangun, [Name] rasa ada sesuatu yang dipikirkan anak itu.

Atarashi Hito✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang