CHAPTER 37

774 165 107
                                    

DISCLAIMER

Hypnosismic © KING RECORD
STORY © Hatarakimono


Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••


Sesungguhnya Rei masih terjaga, dia tidak benar-benar dapat mengistirahatkan otaknya walau mata terpejam sejak lama. Dilihat atap putih kelabu yang berbayang karena pandangan tak fokus berkat rasa kantuk dan sakit kepala bagian belakang akibat terus berpikir.

Pria 46 tahun itu membiarkan pikirannya mengawang begitu saja. Malam sungguh terasa tenang, hanya suara samar bergemerisik yang tidak tau berasal dari mana. Dan deru nafas anak sulungnya yang juga baru dapat tidur beberapa menit lalu.

Rei mengambil posisi duduk, berjalan dengan perlahan mendekati jendela, menyibak tirai, melihat bulan purnama yang naik tinggi menggantung pada hamparan biru tua yang tak tergapai.

Rei berbalik, memperhatikan anak laki-laki tertidur menyamping. Wajah pemuda 19 tahun itu tampak tenang, walau terdapat gurat-gurat yang menunjukkan betapa lelahnya dia.

Rei kembali memacu kaki meninggalkan jendela yang tirainya sengaja ia biarkan terbuka, membiarkan cahaya rembulan yang hampir tenggelam itu masuk.

Kasur di pojok ruangan bergoyang kala menerima beban di atasnya, padahal pria itu sudah berusaha sepelan mungkin agar tak mengganggu orang yang tertidur di sana. Tangan besar itu bergerak menyentuh helai hitam yang dibiarkan memanjang termasuk poninya. Rei kembali meletakkan tangannya beberapa saat sebelum kembali menariknya.

Anak sulungnya kini sudah tumbuh dewasa, sudah menjadi sosok yang tegar, sudah berhasil bertahan walau itu kehidupan sulit. Dia bisa membuktikan pada Rei bahwa dia benar-benar mampu menghidupi kedua adiknya tanpa bantuan Rei.
Dan itu membuat Rei cukup bangga padanya.

" Terimakasih atas kerja kerasnya selama ini."

°°°°°

Ichiro menggeliat terusik dengan sinar yang menembus kelopak mata. Kepalanya sakit membuat matanya terasa berat untuk berbuka walau terus dihantui mimpi buruk. Dia hendak kembali tertidur jika saja dia tidak teringat kejadian beberapa saat lalu. Perasaan itu kembali datang, perasaan yang mengganjal di dada kala kembali mengingat reka kejadian yang baru saja terlewat. Ichiro mendesah dan berbalik menarik selimut, namun lagi-lagi dia mendapat goncangan begitu melihat wajah ayahnya tepat dihadapannya.

" Huaa. Kenapa dia ada di sini."

Alis Rei berkerut masih dengan mata terpejam, pria itu mengubah posisi menyamping menjadi tengkurap.
" Berisik Ichiro."

°°°°°

" Selamat pagi. Maaf aku terlambat bangun." Sapa Ichiro nampak sibuk dengan dasi yang terpelintir.

" Selamat pagi." Balas [Name].
" Nii-san butuh bantuan?"

" Tidak perlu [Name]." Ujar Ichiro masih berusaha membenahi ulang lipatan dasinya, namun gagal. Ichiro mendesah, menyisir rambutnya kebelakang. Dia benar-benar kacau.

" Sudah butuh bantuan nii-san?" Tawar [Name]. Ichiro mendekati adik perempuannya dari jarak sedekat ini wangi Aqua begitu jelas, selera wewangian yang hampir sama dengannya, yang menunjukkan kesan segar dan lembut namun tak terlalu menyengat.

[Name] langsung meraih dasi Ichiro, tangannya bergerak cepat melipatnya sebagaimana yang pernah dia lakukan untuk ayah mereka.

Atarashi Hito✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang