CHAPTER 49

470 86 19
                                    

DISCLAIMER

Hypnosismic © KING RECORD

STORY © Hatarakimono


Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••

Dari balik jendela bus bisa Jiro lihat tanda-tanda bahwa awal musim dingin telah datang, menggulir masa musim gugur yang telah menyampaikan sampai jumpa. Dingin, Jiro merasa dingin disekujur tubuhnya. Rasanya gelisah, di dalam tekad, rupanya masih terdapat keraguan. Jiro tak yakin tentang apa yang harus dia katakan saat berhadapan langsung dengan ayahnya nanti selain kata maaf. 

Ayah ya.. ayah. Kata itu diam-diam selalu membuatnya bersemangat dan menggelitik jika dipikirkan. Namun untuk sekarang, rasanya, entahlah, dia seperti telah menyianyiakan sesuatu.

Jiro menatap telapak tangannya, masih banyak bekas luka di sana. Ia mengepal, namun cengkramannya tak sekuat dulu. Rupanya tangannya belum pulih sempurna berkat dislokasi sendi.

" Apa kembali terasa sakit?" Tanya orang disebelahnya. Jiro menggeleng " Tidak, namun kepalanku tak cukup kuat."balasnya, kemudian memasukkan lengan ke saku jaket. Membiarkan Saburo menatapnya cukup lama, sedangkan dia masih mengalihkan pandangan ke luar.

" Itu pasti pulih, tinggal menunggu waktu saja." Ujar Saburo berusaha menghibur Jiro, karena Saburo tau, bagi Jiro, selain kaki, tangan sangat penting untuknya, karena kegemarannya di bidang musik, terutama gitar dan bass yang membutuhkan jari jemari yang aktif.

" Makanya jangan mencari masalah dengan hal yang aneh-aneh sembari menunggu tanganmu sembuh total." Ujar Saburo, dia tau bukan Jiro yang suka memulai perkelahian, namun maksud ari perkatannya adalah dia berharap Jiro lebih baik menghindar lebih dulu dari masalah-masalah kecil itu. Karena masalah mereka masih bertubi-tubi dan belum juga surut.

" Aku tau, aku juga tidak ingin melukai orang lagi."

Saburo mengantup mulutnya rapat, nampaknya Jiro masih menyalahkan dirinya sendiri. Biasanya dia tidak memikirkan apapun walau sudah membuat orang lain sekarat. Namun entah sekarang, kakak keduanya lebih.. memikirkan, kesalahannya.

" Tentu saja kalau mereka tidak mencari masalah dengan kita." Tambah Jiro. Saburo menarik pemikirannya. Jiro tidak akan merasa bersalah jika orang lain yang membuat onar terlebih dahulu, dan dia akan merasa bersalah begitu melukai orang yang tidak bersalah.

" Kau itu masih saja."

" Hahaha kau kira memangnya aku akan seperti apa. Lagian kenapa juga kau ikut bukannya menemani Jina di rumah." Ujar Jiro mengingat ia dijegat padahal sudah berpamitan dengan benar.

" Itu karena nee-san aku ikut denganmu." Balas Saburo tidak sepenuhnya berbohong. 

" Lagi pula sejak kapan kau memanggilnya dengan nama itu?" 

Jiro sedikit kelabakan dengan wajah malu. " It-itu, itu karena nama aslinya dia memang Jina. Kalau dia puny nama asli, mengapa aku memanggilnya dengan nama palsu."

Mulut Saburo membulat, dengan mata menyipit. Tidak mempertanyakan tau darimana Jiro tentang kebenaran nama asli saudari mereka. Karena Saburopun telah mendengarnya berkali-kali di malam itu. 

Atarashi Hito✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang