CHAPTER 42

693 123 40
                                    

DISCLAIMER

Hypnosismic © KING RECORD
STORY © Hatarakimono


Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••

Dice segera turun dari panggung setelah menutup acara siang itu.

Ponsel yang sejak tadi bergetar begitu menganggu, merogoh saku celana pancang kotak-kotak yang menjadi ciri khas sekolah, Dice Akhirnya menemukan benda kotak tipis itu berada digenggaman. Melihat title yang tertulis di layar raut pemuda itu seketika mengeras. Dice mewaspadai sekitar, memastikan tidak ada orang yang menghiraukannya, diapun menyingkir dari keramaian.

" Ck Bawel sekali si bangkotan sialan."

Begitu sampai di gudang penyimpanan, sekali lagi memastikan tidak ada yang mengikuti sebelum kembali menelpon balik orang tersebut.

" Apa yang kau ingin kau katakan? Aku sedang di sekolah." Nada ketus tertuju pada orang di seberang layar. Sebuah ungkapan balasan membuat rahang terkantup rapat.

Pemuda 18 tahun itu kembali merogoh kantung celana mengeluarkan rokok sekaligus pemantik. Kedua jari mengapit  sebatang rokok, dengan santai  menyelipkan nya pada belahan bibir. Dice menyundut batang tersebut dengan nyala api yang keluar dari pemantik kotak besi, menghempuskan asap dengan kasar sembari mendengar setiap perkataan orang diseberang sana yang berupa wejangan sekaligus titah mutlak.

Ada jeda akhirnya Dice diberi hak bicara. " Percayakan saja padaku. Walau kau bajingan yang membunuh ibuku, aku tidak mungkin berkhianat pada satu-satunya keluarga sedarahku bukan. Otou-sama?"

" Ya. Kita lanjutkan kekacauan yang sudah kau buat beberapa tahun lalu."

°°°°°

" Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Ichiro begitu melihat Rei berada di tengah kerumunan ibu orang tua murid, belum lagi tampang ayahnya terlihat begitu senang membuat urat jidat Ichiro tertarik membentuk siku-siku.

Saburo dan [Name] menjauh dari kerumunan menghindari masalah, hanya dapat melihat kakak mereka yang tampak kesal itu berusaha menarik Rei. [Name] hanya tertawa kecil.

" Saburo mau beli sesuatu? aku belikan." Tanya [Name] pada Saburo.
Yang ditanya menggaruk pipinya dengan telunjuk dengan tampang malu-malu.

" Ayo pergi bersama saja nee-san." 

" Baiklah jika Saburo yang minta." Balas [Name] tampak senang, mereka berduapun akhirnya meninggalkan Ichiro dan Rei.

Setelah beberapa waktu akhirnya Ichiro berhasil mengusir kerumunan ibu-ibu dengan cara halus. Pemuda 19 tahun itu menggaruk belakang kepala yang tidak gatal dengan wajah tertekuk kesal.

" Apasih yang ayah lakukan dengan tebar pesona disekolahan anak sendiri." Keluhnya lagi. Rei tertawa terbahak-bahak merangkul anak tertua. 

" Aku tidak melakukan apapun, mereka saja yang tertarik dengan pesonaku." 

Wajah jijik yang ditunjukkan Ichiro membuat Rei menjitak kepala Ichiro sampai . " Ekspreksi yang tidak sopan terhadap orang tua."

Ichiro memegang kepalanya yang mulai terasa berdenyut." Begitu sikap ayah pada anak yang baru kau temui setelah bertahun-tahun lamanya."

" Hahhhhh kau berteriak pada ayahmu?? Begitu sikap seorang anak pada orang tuanya? tidak ada hormat-hormatnya. Belajar apasaja kau selama ini."

Merekapun aduradu mulut sampai Saburo dan [Name] kembali dengan jajanan di tangan masing-masing. Kedua anak itu saling berpandangan meminta penjelasan dari adegan yang mereka lihat saat ini. Tapi karena sama-sama tidak mengerti tak ada yang memberi jawaban. Untung saja tempat ini cukup sepi jadi mereka bisa bernafas lega tidak harus menjadi pusat perhatian, terutama media.

Atarashi Hito✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang