Chapter 14

3.8K 429 38
                                    

Don't forget to leave your mark here ☺
Vote, comment or maybe something that would be advised for better story 😆❤
Happy reading ❤

***

Well, aku kira aku cuma halusinasi lihat kamu. Anyway, ngapain kamu disini?”

Nirbana membelalakkan matanya saat mendengar ucapan Auriga sebelum ini. Ia kira telinganya sedikit rusak karena tadi ia mendengar Auriga mengatakan kalau dia terlalu banyak memikirkannya.

Yeah, Nirbana rasa dia yang terlalu percaya diri. Atas dasar apa Auriga melakukannya. Nirbana menolehkan diri ke arah belakang—karena merasakan diperhatikan dari jauh. Seorang gadis cantik yang duduk bersama pasangannya tampak sibuk mengamatinya. Nirabana menggaruk tengkuknya yang terasa tidak gatal. Kalau ia benar, tadi Auriga duduk disana—karena ada 3 buah gelas tinggi yang ada disana.

“Nir?”

Nirbana langsung mengalihkan pandangan ke Auriga. Ia menaikkan alisnya, “pardon?”

“Ngapain kamu disini, sendiri?” tanyanya ulang.

Nirbana mengangguk, ia menunjuk buku novel milik Meg Cabot yang sedang ia bawa. Series favoritnya, The Mediator baru mengeluarkan cetakan baru. Ia merasa senang karena pada series ini, Jesse akan melamar Suze, akhirnya—setelah melewati semua rintangan, terlebih cinta mereka yang terhambat beda dunia. Melihat Auriga yang hanya mengerutkan kening saat ia menunjuk novelnya, Nirbana menambahkan, “ya, sampai kamu duduk disitu. Me time.” Balas singkat Nirbana.

Ia melanjutkan paragraf terakhir chapter yang sedang ia baca. Ia merasa kalau Auriga tidak berniat untuk pergi, jadi Nirbana segera menyelesaikan bacaannya. Ia memberikan pembatas buku pada halaman terakhir yang dibacanya lalu meletakkan buku itu dihadapannya. Ia memandang Auriga yang tampak nyaman mengawasinya dari tempat duduk. Sadar kalau Auriga sedang memandangnya intens, Nirbana langsung memalingkan wajah. Ia meminum jusnya, lalu berdeham, “kamu ngapain? Dating?” tanya Nirbana.

Nirbana tidak yakin dengan pertanyaannya sendiri karena ia tahu, ditempat Auriga kemungkinan duduk sebelum ini ada laki-laki lain—yang artinya salah satu dari mereka adalah third wheel. Ah, mungkin Aurigalah yang menjadi obat nyamuk. Makanya anak itu kini mengungsi—dan menganggu waktunya.

Auriga tersenyum miring, sadar kalau Nirbana ternyata juga memiliki sisi pemalu. Ia menjawab, “ya, kalau kamu mau diajak ngedate sih.” Jawabnya. Ia lantas menunjuk novel Nirbana, “may I take a look to your book?”

Nirbana tidak perlu menjawab karena Auriga otomatis mengambil bukunya. Memperhatikan covernya, lalu membalikkan benda itu untuk membaca sinopsis yang ada dibelakang. Auriga tampak membaca sekilas sinopsis berbahasa inggris itu. Ia tersenyum tipis lalu mengembalikan benda itu ke tempat asalnya, “Aku pikir kamu bukan tipe penyuka genre ini. Fiksi-romansa, mirip seperti Mamaku.”

Nirbana menyernyit tak suka. Apa maksudnya? Tadi terang-terangan menggodanya masalah dating, sekarang menyamakan seleranya dengan selera orang tua? Astaga orang ini benar-benar menyebalkan. Nirbana merasa dunianya yang tentram terusik—dan ia tidak ingin melanjutkan kegiatannya disini.

Sebenarnya ia memiliki alasan sendiri kenapa menghabiskan waktu disini. Ia ingin mengunjungi panti asuhan tempatnya biasa menyumbangkan sedikit harta miliknya, tapi karena menunggu Nizam yang sedang punya sedikit urusan, Nirbana jadi me time disini. Lebih untung daripada mengikuti ceramah Nizam—yang tidak ia pahami—disana.

Better Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang