Chapter 18

3.5K 359 13
                                    

Happy reading ❤

***

C’mon Nir! Let’s dance tonight!”

Abinaya berulang kali menyerukan hal yang sama—yang anehnya kalimat itu meskipun sudah di lantangkan tetap saja tidak terdengar begitu jelas karena beradu dengan dentuman suara musik yang memekakkan telinga.

Rupanya malam ini, mereka kedatangan DJ ternama yang membuat tempat yang ramai menjadi membeludak pengunjungnya. Nirbana semakin ingin berdiam dipojok meja bar—mengabaikan rayuan Abinaya untuk ikut turun—dance di bawah.

“Aku disini aja, Nay. Kamu kesana. Tapi jangan jauh-jauh!” teriak Nirbana tak kalah lantangnya.

Abinaya mengangguk sambil memberikan kode tangan, OK sebagai balasan. Ia lantas berjalan turun, memamerkan kaki jenjangnya juga stiletto merah yang baru ia beli siang tadi.

Tubuhnya terlihat langsing dan sexy dalam bodycon dress yang menunjukkan lekuk tubuhnya yang semlohai mirip gitar spanyol. Sebenarnya Nirbana cemas kalau saja Abinaya nanti mendapatkan perlakuan tak senonoh dari lawan jenis. Abinaya sudah ia peringatkan, namun bukan namanya Abinaya kalau dia semudah itu untuk digurui Nirbana.

Nirbana sengaja memesan minuman non alkoholic—untuk berjaga kalau saja nanti dirinya yang kedapatan membawa Abinaya pulang karena teler.

Nirbana benar-benar tidak mengerti, bagaimana orang lain bisa mencari kesenangan lewat ruangan yang tidak pernah sepi suara ini. Dentuman suara bas beradu dengan suara musik lainnya. Belum lagi cahaya gemerlap berwarna hijau merah biru kuning yang berpadu dengan gelapnya ruangan.

Ketika menyebutkan minumannya—si bartender tampak terkejut, lalu tersenyum simpul seraya berkata, “I'm sorry, Miss. Disini tidak ada minuman non alkoholic. Tapi saya bisa membuatkan anda minuman dengan kadar alkohol yang paling rendah.” Tawarnya.

That one, please.” Kata Nirbana dengan imbuhan senyuman.

Bartender segera membuatkan pesanan milik Nirbana—bersamaan dengan pesanan orang lain yang datang tidak jauh berbeda darinya. Nirbana mengamati gerakan tangan bartender yang tampak kokoh dan cepat—energik—dan melihatnya saja sudah membuat Nirbana terkesima. Ia merasakan kasihan pada jiwanya yang terasa kosong—karena tidak pernah menyadari bahwa otot tangan laki-laki bisa sekeras dan sekeren itu.

Nirbana segera mencecap minumannya yang baru saja diberikan. Minuman yang tidak dapat ia lihat jelas warnanya ditengah lautan gelap ini. Nirbana mencium aromanya sedikit—tercium aroma buah-buahan segar. Saat cairan itu mengenai indra perasanya, Nirbana merasakan rasa menyegrak—dari alkohol—yang langsung memenuhi mulutnya. Nirbana menyernyit, dan ekspresinya itu diamati oleh sang Bartender yang tampak menunggu responnya.

Nirbana ingin mengatakan bahwa benda itu terlalu berlebihan untuknya, tapi ia tidak tega mengatakannya pada bartender yang sudah menawarkan itu untuknya. “Yah, it’s taste bit weird, but looks okay.” Katanya berusaha meyakinkan.

Bartender itu mengangguk kemudian berpindah dari sisi hadaannya untuk menerima pesanan orang lain.

Nirbana langsung menjauhkan minumannya dari tubuhnya. Ia tidak bisa minum cairan beracun itu. Ia tidak mau tumbang di tempat entah berantah ini. Tapi cairan itu satu-satunya penolong dehidrasinya malam ini. Nirbana mengerutkan alis, ia baru akan minum cairan itu kalau ia benar-benar kehausan.

Waktu berlalu begitu lama, Nirbana sudah tidak tau dimana lokasi Abinaya. Wanita itu dengan lincah bergerak kesana-kemari—dan membuat Nirbana kehilangan jejaknya. Nirbana melirik jam tangan, masih setengah jam, tapi ia sudah tidak nyaman duduk di tempat ini. Banyak laki-laki yang meliriknya dengan tatapan bejat—kalau ia bisa mengartikan pandangan mereka.

Better Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang