ALIQUID 36

45 11 0
                                    

Hitamnya langit malam menemani kesunyian semua manusia, sepertinya langit sedang murung malam itu. Anma yang berada di kamarnya hanya menatap itu dari jendela. Anma mengambil ponselnya yang berdering sedari tadi.

Anma jangan lupa
Besok kita akan bertemu
Di cafe jl. Semangka
Bersama teman-teman
Lainnya.

                                                                        Bisa kau jemput
aku di persimpangan,
aku akan gunakan
transportasi umum dari sana!

Kenapa transportasi umum?

Aku ingin rahasiakan ini dari siapa pun jadi lebih baik aku pergi sendiri.

Oo, baiklah kalau bergitu

Anma menatikan ponsel dan menarik selimutnya. Dia mulai memejamkan matanya, suara jam mulai terdengar sayup sayup sampai tibanya dia tertidur lelap.


                           💤💤💤

Matahari telah menampakkan dirinya, dan Anma sudah bersiap-siap untuk pergi ke cafe membahas kepergian mereka ke pantai itu, Anma kini berada di depan persimpangan, karena Bus tidak muat untuk masuk kesana.

Anma menunggu untuk menjemputnya, karena dia tidak tahu dimana cafenya. Anma duduk menunduk sambil menunggu Nova, sampai sebuah kaki berada di depannya membuat melihat ke atas. Dia berfikir itu adalah Nova.

"Kau menunggu siapa?" tanya Revan pada Anma yang kini menatapnya.

"Nova!" ucap Anma langsung memalingkan pandangannya.

"Dia menyuruhku untuk bersama denganmu, Ayolah!" Revan mengatakan itu dengan tersenyum, hampir tidak terlihat senyumnya itu.

Anma yang mendengar itu merasa kesal dengan Nova, ketika dalam perjalanan ponsel Anma berdering. Dia berhenti sebentar mengeluarkan ponselnya.

Anma maaf aku menyuruh
Revan saja ikut denganmu,
karena dia juga akan menuju
kesini. Kami semuanya telah
sampai semua, hanya tinggal
kalian berdua.


Anma membaca pesan dari Nova membuatnya memutar bola matanya malas, Revan yang berada di depan Anma terus berjalan dan Anma kembali memasukkan ponselnya dan setengah berlari mengikuti Revan.

Anma melihat semua gadis disana yang tengah menatap Revan terpana, Semuanya menutup mulutnya ketika Revan lewat di depan mereka, sedangkan Revan hanya memasukkan tangannya di jas panjangnya. Anma melirik kearah Revan, tubuh tinggi semampai dan kulit putih agak gelap dan rambut yang terbelah dua benar-benar sempurna.

Saat Anma terus menatap Revan tiba-tiba Revan berbalik kearahnnya dan mengulurkan tangannya. Ternyata Anma hampir saja menabrak sebuah tiang tapi tangan Revan mengahalanginya, posisi seperti itu seolah-olah Revan membelai pipi Anma membuat Anma membelalakkan matanya dan langsung menetralkan dirinya.

"Kau tak apa?" suara lembut Revan membuat siapa saja mendengarnya meleleh. Semua orang yang melihat itu langsung tersenyum-senyum membuat Revan melihat kearah para wanita yang tidak jauh darinya.

Anma melihat sebuah cafe tak jauh dari sana membuatnya langsung menuju tempat itu dan melihat teman-temannya ada disana.

"Hei?" Sapa Nova pada Anma yang berada di depan pintu. Anma langsung masuk dan duduk bersama mereka.

"Dimana Revan?" tanya Nova pada Anma.

"Di belakang!" Ucap Anma sambil mengibaskan tangannya karena panas.

"Ada apa?" tanya Adnan yang melihat Anma seperti itu.

"Tidak ada, aku sangat kepanasan!" Anma tersenyun saja mengatakan itu membuat Adnan langsung mengambil kertas dan memberikan pada Anma.

Setelah beberapa menit Revan pun tiba dan duduk di samping Anma mmebuat Anma salah tingkah.

"Ada apa dengan diriku?" Tanya Anma dalam hatinya.

Adnan yang menyadari itu merasa cemburu kesal dan sedih, "apa Anma menyukainya?" tanya Adnan pula di hatinya.

"Oke, kita akan mulai ini," ucap Aldo sambil membenarkan kaca matanya. Aldo yang cupu kini berubah karena Nova, sungguh terkadang cinta membuat manusia itu gila!

"Pantai Aliquida ada di sebuah pulau ini!" Anma mengeluarkan sebuah peta dan membulatkan suatu titik.

"Kita bisa sampai itu paling lama hanya tiga hari," lanjut Anma menjleaskan dan di perhatikan semuanya.

"Boleh aku tanya satu hal? Apa alasanmu menemukan lokasi itu?" tanya Aldo pada Anma.

"Aku-" Anma mencoba berfikir alasan apa yang akan dia katakan, tidak mungkin dia mengatakan yang sejujurnya sementara Revan ada disana.

"Aku?" Aldo bertanya kembali ketika Anma hanya diam.

"Aku ingin tahu dunia Aliquid, aku ingin mengakhiri permusuhan yang telah dibuat, mereka menghabisi manusia di setiap detiknya. Kau selalu mendengar kabar kan! Seorang kaya rata tiba-tiba meninggal tanpa sebab apa-apa, bahkan dokter tidak tahu penyebabnya." Jelas Anma panjang lebar.

"Iya, aku sering dengar banyak berita dan kabar seperti itu, dan aku baru tahu ternyata para Aliquid yang melakukannya, aku pikir kau punya alasan pribadi!" Senyum Aldo pada Anma.

"Mereka kejam sekali!" sambung Nova pula.

"Aku rasa tidak," perkataan Revan membuat mereka semua menatapnya,
"Mungkin saja kalian tidak tahu hal yang benar-benar terjadi!" Ucap Revan membuat Anma memutar bola matanya malas.

"Apa yang terjadi?" tanya Adnan pada Revan.

"Entahlah, kita tidak tahukan cerita mereka. Kita hanya berada di posisi manusia dan hanya melihat kekejama Aliquid saja, apa kita pernah ingin tahu bagaimana sudut pandang merek tentang manusia? Semua hal bisa jadi buruj tergantung pada siapa yang bercerita!" Revan mengatakan itu sambil menatap Anma.

"Itu bisa jadi, dengan cara ini kita bisa tahu siapa yang benar sebenarnya," Adnan malah menyetujui perkataan Revan mmebuat Anma meminum minumannya kesal.

Bersambung....


Maaf typo😐

THE SECRET OF ALIQUID NOVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang