ALIQUID 46

4 5 0
                                    

Di tempat lain Rossa sibuk mencari Anma di dalam Hotel itu, tetapi tidak ada siapapun, bahkan polisi sudah memeriksa semua ruangan, tetap saja tidak menemukan siapa-siapa. Seolah-olah Anma dan teman-temannya hilang di telan dunia.

"Maaf nyonya, kami tidak menemukan putri nyonya," ucap seorang polisi wanita kepada Rossa.

Rossa benar-benar frustasi sehingga membuatnya hampir terjatuh dan tidak berenergi dan akhirnya di bawa ke rumah sakit.

Semua orang tua kebingugan saat tahu anak-anak mereka tidak ditemukan. Eliza ibu dari Nova tak henti-hentinya menangis, karena putri semata wayangnya hilang tanpa sebab.

Rossa masih belum sadarkan diri sampai sekarang. Orang tua Adnan, Rendi, Nova, Aldo, berkumpul untuk bertemu polisi.

"Kami akan berusaha mencari mereka pak, tapi yang saya herankan hanya satu, mereka hilang tanpa jejak," ucap polisi itu.

"Menurut saksi yang ada di sana dan para penjahat itu yang menyaksikan sendiri kalau putra-putri bapak tersedot oleh cahaya dan kemudian menghilang," sambung polisi itu lagi.

"Jadi maksud bapak anak kami semua tidak dapat dicari?" tanya Eliza, saat polisi itu ingin menjawab, suara ketukan pintu terdengar.

Tok tok

"Mohon maaf menganggu waktunya sebentar, apakah ada yang bernama Eliza?" tanya polisi itu.

"Ya, saya sendiri." Kata Eliza menatap polisi itu.

"Bisa ikut kami sebentar buk?" tanyanya lagi.

"Baik,"

Kini Eliza telah duduk di kursi yang berbeda dari awalnya. Polisi itu nampak mengeluarkan beberapa catatan.

"Menurut laporan yang kami terima, suami ibuk ada di hotel yang sama bukan?"

"Iya benar pak, apa bapak menemukannya? Apa dia selamat?" tanya Eliza.

"Kami menemukan jasad suami ibuk di hotel itu, dan dia meninggal sebelum kejadian pengeboman itu!" Jelas polisi itu membuat Eliza terpaku dan benar-benar hampa. Kenapa tidak? Disaat anaknya sedang dalam masalah. Dia malah mendengar kabar duka lainnya.

"Buk?" Polisi itu menlambaikan tangannya pada Eliza yang kini terpana dan tetesan air mata yang terus mengalir di pipinya.

Eliza mulai sadar, tetapi hatinya masih tersayat-sayat "Iya pak," ucap Eliza benar-benar putus asa.

Dia keluar dari ruangan itu dengan compang-camping tak tentu arah perasaannya. Dia benar-benar hancur sekarang, hanya berharap kalau Nova akan bisa bersamanya lagi.

Di tempat lain Rossa telah siuman. Umma yang melihat itu langsung berlari ke arah Rossa. "Nyonya tidak apa-apa?" tanya Umma khawatir.

"Nggak apa-apa Bi! Bagaimana dengan Anma?" Mendengar Rossa yang bertanya seperti itu Umma hanya menunduk.

"Apa yang terjadi bi?" tanya Rossa dengan wajah yang tampak benar-benar khawatir.

"Menurut kabar yang bibi dengar, kalau nona Anma dan teman-temannya belum bisa di temukan," jelas Umma dengan perasaan serba salah. Rossa yang mendengarnya mengingat satu hal.

"Buku itu?" gumam Rossa.

Rossa benar-benar terkejut ketika mendengar kata "buku" dari pelayannya. Dia berlari menuju mobilnya dan bergegas pulang ke rumah. Setibanya dia di rumah. Dia berjalan tergopoh-gopoh seperti orang gila yang tidak tahu arah jalan pulang. Umma menyusul dirinya dengan wajah cemas.

Dia membuka kamarnya dan membongkar semua bukunya, semua tempatnya. Pelayan yang melihat itu hanya memandang satu sama lain, karena bingung.

"Ada apa nyoya? Apa yang sedang anda cari?" Salah satu pelayannya bertanya, tetapi Rossa tidak mengubrisnya. Dia mengobrak-abrik ruangannya seperti orang kesurupan.

Umma datang dan mencoba menenangkan Rossa, "tenang nyonya! Apa yang nyonya cari?" Umma merangkul Rossa yang frustasi.

"Hiks dia pergi hiks, aaaaaahh! Dia pasti kembali kan bik?" Rossa mengatakan itu dengan memegang wajah Umma. "Dia tidak mungkin meninggalkan ku. Dia pasti kembali!" sambungnya lagi dan menghapus air matanya.

"Tapi bagaimana kalau dia tidak kembali? Aku akan kehilangannya? Tidak-tidak, itu tidak mungkin!" Rossa berbicara sendiri tidak jelas membuat Umma khawatir.

"Ada apa nyonya?" Umma bertanya dengan pelan pada Rossa.

"Bukunya hilang! Dia membawanya, hiks!" Rossa benar-benar frustasi.

Tiba-tiba terlintas di pikirannya membuatnya menatap Umma lekat,
"bagaimana dia bisa masuk ke kamarku?"

"Siapa yang membiarkannya masuk?" Rossa benar-benar marah sekarang dengan mata masih berkaca-kaca.

Semua pelayan gemetaran terutama yang telah membuka pintunya. Rossa yang tidak mendengar pengakuan benar-benar marah sekarang.

"SIAPA?" Rossa berteriak membuat semuanya terkejut.

"S-s-saya nyonya," seorang pelayan mengaku dan berlutut sekarang.

"Oh, jadi kamu! masukkan orang ini ke penjara dengan tuduhan dia telah mencuri barangku. CEPAT!"

"Maafkan saya nyonya, hiks saya mohon!" Orang itu terus memohon maaf tapi tidak dianggap oleh Rossa, dia hanya diam dengan wajah kesal, sedih bercampur marah.



Bersambung....

THE SECRET OF ALIQUID NOVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang