ALIQUID 38

48 5 0
                                    

Kini Anma, Revan, Adnan, Rendi, Aldo dan Nova telah berangkat dari rumahnya. Mereka akan melanjutkan perjalanan menuju Pantai itu. Revan di dalam mobilnya telah memikirkan satu hal.

"Aku harus terus mengikuti mereka, agar aku tahu apa yang akan terjadi," ucap Revan dalam hatinya. Sedangkan di dalam mobil Adnan, Rendi tidak henti-hentinya bertanya apa yang sebenarnya terjadi membuat Adnan menutup telinganya.

"Huft! karena Nova, Revan harus ikut," gumam Anma sambil mendengus kesal.

Semuanya sibuk dengan pikiran masing masing. Mereka melewati perjalanan dengan tawa canda meskipun bagi Revan dan Anma itu hanya sandiwara. Kini mereka sudah berada di pantai dimana tempat itu tidak asing bagi mereka, tempat itu memang terkenal di sana dan banyak orang sedang berlibur di sana.

Anma keluar dari mobil bersama Nova, rambut mereka yang panjang menjadi bergerak mengikuti arah angin yang menerpanya. Setelah koper dikeluarkan oleh 2 bodyguard itu mereka mereka masuk ke dalam hotel yang kamarnya sudah dipersiapkan oleh Rossa.

"Dengan nona Anma?" tanya seorang perempuan dengan seragam hotelnya.

"Iya," jawab Anma singkat.

"Nomor kamar nona Anma 243," suara wanita itu sambil memberi kunci kamar. Dia mengantarkan mereka ke kamarnya, setelah itu berlalu pergi.

Anma dan Nova kini sudah berada di kamar yang sangat luas dan berbeda dari kamar lainnya yang ada di hotel itu. Anma menjatuhkan tubuhnya di sofa dan Nova membuka tirai kamar itu.

"Huuaa jadi pengen liburan beneran," ujar Nova dengan merentangkan tangannya dan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Anma hanya diam membuat Nova mengantikan posisinya menjadi duduk.

"An, dua bodyguard mu itu, kenapa tetap di situ? Kenapa tidak pulang saja?" bisiknya pada Anma sambil melirik ke dua orang yang berdiri di sana.

"Mereka akan di sini selama kita di sini," Ucap Anma.

"Mudah-mudahan nggak gangguin tuh, " ucapnya sambil tertawa garing membuat Anma tertawa kecil.

"Oh iya, kau bawa kameranya kan Anma? " suara Nova membuat Anma menepuk jidatnya.

"Aku melupakanya, kamera itu tertingal di dalam mobil mu. " Suara Anma membuat Nova mengeleng.

"Ni ambil! dan jangan lupa tolong ambilkan kaca mataku! " ujar Nova memberikan kunci mobil itu pada Anma, tapi malah di tangkap oleh salah satu bodyguardnya.

"Maaf nona Nova, jika ingin aku ambilkan barang biar aku saja, nona tidak boleh asal memerintah pada nona Anma, " ucap bodyguard itu dengan nada ketus membuat Nova jengkel.

"Kau hanya bertugas mejagaku kan disini! bukan mengurusi ku atau mengaturku kan? tidak baik mengatakan itu pada temanku, aku mau mengambilnya atau tidak itu bukan urusanmu," ucap Anma benar-benar muak dan mengambil kunci itu.

"Maaf nona, kami hanya tidak mau ada orang yang semena-mena dengan nona," ucapnya pada Anma tapi tidak di hiraukannya.  Dia berlalu begitu saja.

"Hm maaf ya pak, " ucap Nova dengan nada setengah mengejek.

Anma berlalu keluar dari Kamar itu dan di ikuti oleh bodyguard yang satunya. Saat Anma ingin melewati kamar yang ada di sebelah kamar mereka Anma tak sengaja menabrak seseorang membuat bodyguardnya langsung membantunya berdiri.

"Maaf kan aku, aku tidak sengaja." Ucap seorang laki-laki dengan pakaian kaos dan celana jeans panjang.

"Tuan sebaiknya lebih berhati-hati jika berjalan, " ucap bodyguard itu.

"Aku tidak apa-apa , aku juga minta-" suara Anma terputus saat melihat seseorang itu.

"Revan?" gumam Anma menunjukkan jarinya ke arah Revan yang tersenyum padanya. Anma hanya menganggukkan kepalanya dan berlalu pergi.

Ketika menuju mobil untuk mengambil kameranya. Anma malah bertemu dengan Adnan di depan dan saling menatap satu sama lain. Saat Adnan ingin menghampiri Anma bodyguard itu menghalanginya

"Tidak apa-apa pak Abren. Dia temanku," ucap Anma pada Abren, nama bodyguard yang bersamanya saat itu.  Abren yang mendengar itu langsung pindah ke belakang Anma.

"Anma senang bertemu dengan mu?" suara Adnan berpura-pura dan tersenyum ketika bertemu dengan pujaan hatinya. Anma hanya menatap Adnan lalu mulai bicara.

"Kau juga berlibur disini? Ini sebuah kebetulan yang benar-benar aneh," Anma ikut berpura-pura dan tersenyum.

"Aku rasa bukan kebetulan," ujar Rendi membuat keduanya merasa di tangkap basah. Adnan mencubit Rendi membuat dia berteriak kesakitan. "Awww, Apasih?" bisiknya kesal.

"Ah, sudahlah kami duluan," ucap Adnan tersenyum dan berlalu masuk ke dalam. Jujur saja Adnan benar-benar tegang ketika berpura-pura.

"Kamu apa apaan sih?" tanya Adnan kesal pada Rendi.

"Memangnya kenapa sih?" tanya Rendi benar-benar bingung.

"Akan aku katakan nanti!" ucap Adnan sambil mengambil kunci kamarnya.

Revan yang menunggu Anma kembali hanya menatap sebuah pintu dan saat dia berbalik masuk ke kamarnya suara langkah kaki membuat dia melihat arahnya, karena dia berfikir itu adalah Anma. Sebuah senyuman yang terukir langsung berubah ketika melihat siapa yang datang.

"Adnan? dia sudah tiba rupanya," ucapnya dengan wajah datar.

"Itu kan Revan, cepat sekali dia datangnya," ucapnya ketika melihat Revan

Mereka sama-sama tidak menyukai satu sama lain. Sedangkan Nova yang bosan menunggu Anma memilih menyusulnya, tapi dia malah bertemu Revan dan Adnan.

"Kalian udah datang? dimana Aldo?" tanya Nova, "kami tidak tahu," ucap ketiga temannya serentak membuat Nova kesal. Mereka bertiga masuk ke kamarnya masing-masing.

Nova yang ditinggalkan di sana benar-benar kesal dan tak lama setelah itu dia pun melihat Anma kembali dengan kamera dan kacamata hitamnya.







Bersambung......

THE SECRET OF ALIQUID NOVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang