ALIQUID 11

252 29 8
                                    

Kira-kira pukul 2 siang, tidak terlalu terik matahari pada siang itu, karena di tutupi awan dan saat inilah Anma sangat senang. Cuaca mendung yang sejuk dan angin sepoi-sepoi yang menghembus dirinya membuatnya merasa seperti semua perasaannya, masalahnya, dan semua yang ia pikirkan berlalu saat angin menghembus dirinya.

Anma pergi tanpa sepengatahuan siapapun. Dia berjalan kaki dengan sweaternya dan memasukkan kedua tangannya di saku itu, berjalan ke sebuah toko roti dan duduk di kursi yang di sediakan di toko itu. Secangkir white coffee hangat menemaninya bersama sebuah buku kecil untuk di baca.

Hujan turun dengan derasnya membuatnya menatap hujan yang perlahan jatuh dan tersenyum.

Butiran itu jatuh layaknya mutiara yang memberikan manfaat banyak bagi bumi dan semua makhluk hidup. Anma berdiri menatap hujan itu dan mengulurkan tangannya merasakan tetesan hujan itu, Tidak tau mengapa Anma menyukainya. Dia merasa damai ketika mengulurkan tangannya merasakan hujan itu. Seseorang menatapnya dari kejauhan dengan senyuman.

"Indah." Satu kata itu yang keluar dari mulut Anma seolah-olah dia baru pertama kali melihat hujan itu. Dia kembali duduk dan meminum kopi yang ada di depannya sambil membaca buku menikmati suasana yang damai itu.

Hujan pun berhenti seiring jalannya waktu. Rintik-rintik hujanlah yang tersisa, Anma berdiri dan membayar pesanannya. Tapi tangannya tergores serpihan kayu membuat tangannya berdarah. Tidak peduli dengan itu, dia pergi berjalan lagi menyulusuri jalan yang sekarang basah dan meninggalkan genangan air. Anma melewati sebuah gang keramaian dan dia merasa ada orang yang mengikutinya dan dia mencoba menjebak orang itu.

"Dimana dia?" tanya seorang laki-laki pada dirinya sendiri yang kehilangan jejak Anma. Dia terus berlari mencari dimana Anma sekarang. Saat dia tengah mencari-cari Anma, tiba-tiba langkahnya terhenti saat orang yang di ikutinya berada di depannya sekarang, membuat dirinya terkejut.

"Adnan?" Anma melihat siapa yang mengikutinya, "Kau yang mengikutiku." Ucapnya lagi.

"Aku tidak sengaja mengikutimu, aku melihatmu di toko roti dan aku ingin tahu, kau ingin kemana lagi" ucapnya pada Anma yang hanya terdiam menatapnya.

"Aku ingin jalan-jalan saja," ucap Anma tersenyum dan berbalik arah dan berjalan lagi membelakangi Adnan.

Adnan yang melihat itu lalu mengikuti langkahnya dan berjalan di sampingnya.

Anma tidak sengaja menginjak tali sepatunya yang terlepas, sehingga dia hampir terjatuh, untung saja Adnan menahan tubuhnya, membuat mereka saling menatap satu sama lain. Seakan-akan waktu telah berhenti. Daun-daun jatuh berguguran perlahan dan jantung mereka berdetak lebih cepat, tetapi Anma berhasil sadar dan mendorong tubuh Adnan.

"Maaf." Anma hanya bisa mengatakan itu karena dia merasa sangat canggung. Jarang sekali dia seperti ini dan ini pertama kalinya.

"Iya, kau tidak apa-apa kan?" tanya Adnan menetralkan perasaannya.

"Hm." Anma ingin membungkukkan badannya untuk mengikat tali sepatu itu, tetapi Adnan memegang bahunya membuat Anma menatapnya.

"Tanganmu terluka kan! Biar aku saja yang mengikatnya!" ucap Adnan tersenyum yang langsung membungkukkan badannya tanpa menunggu izin dari Anma dan mengikat tali sepatu itu.

"Selesai." Kata itu yang keluar dari mulutnya setelah mengikat tali sepatu. Adnan lalu berdiri mengeluarkan sesuatu dari sakunya yaitu hansaplast. Dia mengambil tangan Anma yang terluka lalu menempelkan handsaplast itu pada jarinya. membuat Anma menatapnya dan pandangan mereka bertemu lagi.

Anma menarik tanganya membuat tatapan itu berenti. Mereka lalu melanjutkan perjalanan di sebuah tempat yang sunyi dengan masing-masing saling terdiam dan masih sibuk dengan pikirannya.

"Apa kau ingin pulang?" tanya Adnan mencoba mencairkan suasana.

"Iya."

"Kalau begitu biar aku yang antarkan" tawar Adnan pada Anma, belum sempat Anma menjawab tetapi di depan mereka telah berdiri gerombolan orang-orang yaitu Rangga dan teman-temanya. Itu membuat Anma dan Adnan berhenti berjalan.

Mereka menatap seseorang yang melangkahkan kakinya ke arah mereka dan itu adalah Rangga lelaki itu menatap Anma dengan senyum licik.

"Mencampuri urusan seseorang terkadang bisa membuat mu yang harus tercampur dalam masalah itu," bisiknya pada telinga Anma.

Anma yang mendapat perlakuan seperti itu langsung mendorong tubuh Rangga hingga terpental jauh, membuat Anma terkejut dan melihat telapak tanganya. Semua orang di sana juga merasa terkejut, dengan geram Rangga bangkit dan ingin memukul Anma. Tetapi Adnan malah menonjok pipi Rangga membuat hidungnya berdarah. Anma membelalakkan matanya melihat itu.

"Lari!" Seru Anma dan mereka berdua berlari.

"Kejar mereka!" suara rangga menerintah teman temannya.

Anma berlari sambil menarik tangan Adnan dan masuk ke dalam sebuah pasar, tetapi itu tidak membuat mereka berhenti. Mereka terus berlari melewati lorong-lorong kecil itu tapi sebuah gerobak tiba-tiba berada di depan mereka membuat tangan itu terlepas dan mereka berada di posisi yang bersebelahan. Rangga dan teman-temanya sudah terlihat membuat mereka berlari di dua arah yang berbeda.

Rangga dan teman-temanya memilih untuk mengejar Anma karena gadis itu adalah target mereka. Anma yang menyadari kalau mereka semua mengejar dirinya merasa panik.

Brukk
Anma menabrak tubuh seseorang dan orang itu menahan tubuhnya untuk berhenti berlari. Anma sudah berfikir kalau dia sudah tertangkap oleh teman Rangga. Anma menatap kearah orang itu,

"Revan?"

Rangga dan teman-temanya sudah berada di depan mereka. Revan membalikkan tubuh Anma sambil memegang pergelangan tanganya.

"Pergi dari sini!" perintah Revan pada mereka semua dengan wajah datarnya.

"Jangan ikut campur urusan kami!" Rangga sangat marah melihat itu, karena orang-orang terus ikut campur dalam urusannya.

"Berani menyentuh ujung rambutnya saja, kalian akan berurusan denganku." Revan mengatakan itu dengan malas.

"Hajar dia!" perintah Rangga dan mereka semua menyerang Revan.

Revan tidak melepaskan tangan Anma untuk melawan mereka. Dia hanya mengeluarkan sedikit kekuatan kecil yang tidak bisa mereka lihat dan membuat mereka babak belur hanya dengan sebelah tangannya saja.

Mereka semua memohon ampun pada Revan, karena sudah babak belur.

"Tolong jangan pukul kami lagi, kami janji akan ngelakuin apa aja buatmu dan mulai sekarang kau adalah pemimpin perkumpulan kami." Rengek mereka semua pada Revan.

"Apa kau memaafkan mereka Anma?" Tanya Revan berbisik pada telinga Anma.

"Iya" ucap Anma dan melepaskan cengkraman tangan Revan di pergelangan tanganya.

"Baiklah kalau begitu, aku setuju dan kalian boleh pergi!" ucap Revan dengan senyuman dan mereka juga berlalu pergi.

"Apa mau mu?" tanya Anma pada Revan, karena jujur saja gadis itu tahu niat di sebalik pertolongannya itu. Revan melangkah maju mendekat pada Anma.

"Sepertinya aku menyukaimu, karena itu aku menolong mu!" jawabnya sambil mengangkat alisnya dan berlalu pergi meninggalkan Anma yang hanya menatap punggungnya.

"Tunggu, kenapa ada perasaan senang?" tanya Anma bingung. Disaat dia tengah bingung, dia melihat Adnan yang ngos-ngossan menuju ke arahnya.

"Kau tidak apa-apa? Apa aku terlambat?" Tanya Adnan pada Anma.

"aku baik- baik saja," ucap Anma tersenyum.

Kini Mereka berdua berjalan meninggalkan tempat itu dan mencoba melupakan kejadian yang sudah terjadi. Tetapi Anma tidak bisa berhenti memikirkan tentang sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya saat dia bertemu dengan Revan tadi. Padahal itu adalah pertemuan biasa.

"Apa karena kekuatan Aliquid yang ada padaku sehingga mempengaruhi diriku?" Suara batin Anma di dalam mobil Adnan.

Bersambung.......

Wah wah aku kehabisan kata2🙂

Terimakasih atas partisipasi kalian dalam cerita ini yaaaa

Thank kyu tomat😂

Hadeh gaje 😶

THE SECRET OF ALIQUID NOVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang