Aliiquid 51

3 5 0
                                    

Darah berdesir hebat di sekujur tubuh Anma mendengar perkataan itu. Dia tidak percaya dan menolak ucapan yang telah dia dengar dari mulut tua renta itu. Dia menatap mata itu dan mencoba mencari kebohongan, tapi tidak kunjung di temukan.

Anma mengeluarkan pisau di balik bajunya dan menyodorkannya di wajah si tua itu. "Apa yang baru saja kau katakan? Jangan bermain-main denganku, katakan apa yang kau inginkan sebenarnya?" Bibir Itu bergetar seolah-olah ketakutan akan menerima kebenaran.

Si tua itu tersenyum sayu membuat siapapun melihatnya akan terenyuh juga. Dia menatap wajah Anma yang begitu pucat saat itu. Ruang sangat dingin, tapi anak itu sedang berkeringat hebat. "Menurutmu, bagaimana bisa manusia biasa membaca pikiran Aliquid sedangkan Aliquid tak mampu membacanya, tidakkah kau berfikir itu aneh? Jujur saja tidakkah kau menyangka ada yang salah dengan tubuhmu yang membuat kau berbeda dari yang lainnya? Jujur saja kau bukan tidak percaya, tapi kau tidak mau semuanya itu adalah kebenaran!" Si tua itu mengatakan perkataan itu dengan tenang.

Pisau di tangan Anma jatuh dan dia terenyuh ke bawah lantai dengan sudut mata mengeluarkan cairan rasa sakit yang tak bisa tertahan, dia menutup telingannya dan mengacak-ngacak rambutnya. "Kau berbohong! katakan kau kau sedang berbohong bukan? aku tahu kau sengaja mengatakan ini agar kau bisa membuat mereka menangkapku kan? Tidak berpura-pur~"

perkataan Anma di potong si tua itu "Kau katakan padaku apa kau melihat
kebohongan dalam diriku?"

"Lalu bagaimana kau ada disini? dan kenapa bayangan tadi membawa aku kesini?" ucap Anma getir.

"Bayangan itu adalah ibu mu." Anma mengernyitkan keningnya benar-benar tidak paham dengan apa yang dikatakan si tua gila ini. "Ibu?" tanyanya mengernyitkan alisnya dan tertawa hambar.

"Dia orang tuamu!" perkataan itu membuat Anma tambah bingung dengan drama fantastis yang dibuat si tua itu, tetapi Anma tidak berniat ingin bertanya dan menjawab.

"Kau tidak ingat apapun, kristal ingatanmu ada bersama bedebah itu yang telah mengurungku seperti peliharaannya disini!" Si tua itu ingin berujar lagi, tapi Anma megangkat sebelah tangannya ber isyaratkan untuk diam. "Aku sudah muak dengan omong kosongmu!" Anma berjalan melangkah meninggalkan tempat itu mencoba membutakan mata dan menulikam telinganya.

"Aku terus berada di belakangmu, aku terus menunggumu sampai tiba nya aku merasa lelah dengan menunggu. Tidak ada kekuatan yang bisa mengembalikan semuanya. Hanya dirimu yang bisa." Ucapan si tua itu membuat langkah kaki itu terkunci.

"Apa kau yang membuat kalimat itu?"

"Apabila waktunya sudah tiba, kau akan datang menguak semua yang ada di dalam rasa, tapi aku telah tiada dan ceritaku telah berakhir, Tapi ceritamu belum berakhir!"

"Katakan padaku apa kau yang membuatnya?" Anma berteriak dan menyodorkan pisau tepat di leher pak tua itu.

"Hanya dirimu yang bisa tahu tentang dirimu." Pisau itu terjatuh lagi dan dia gemetar. "Bagaimana kau bisa tahu itu? siapa kau sebenarnya?"

"Bukan aku yang menulisnya, tapi ibumu! Jika kau tidak percaya apa yang aku katakan. Peganglah tanganku, akan aku tunjukkan apa yang terjadi di masa lalu mu. Kau akan tahu segalanya setelah itu." Si tua itu mengulurkan tangannya dan Anma menyambut uluran tangan itu dan mereka mulai menutup matanya.

Anma melihat waktu seakan mundur dan banyak warna warni memenuhi ruanga. Bintang-bintang seolah-olah berada di sekelilingnya dan benar benar menantikannya. Bunga-bunga bernyanyi semerdu embun pagi. Suasananya terhenti di sebuah tempat besar dan sangat besar. Itu seperti ruang keluarga.



Bersambung...

THE SECRET OF ALIQUID NOVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang