ALIQUID 31

78 17 15
                                    

Di kamar, Anma masih tidak percaya dengan apa yang telah di lihatnya. Dia masih duduk termenung dengan segala pikirannya. Nova hanya heran dengan tingkah laku Anma. "Ada apa Anma?" Tidak ada jawaban darinya yang ada hanyalah kesunyian.

Air mata itu jatuh dan Anma menangis sejadi-jadinya. Nova mencoba menenangkan Anma. "Apa yang terjadi Anma?" tanya Nova yang terkejut melihat Anma yang sekarang. Baru kali ini Anma menangis di depannya.

"Hiks kau t-tau hiks apa yang aku lihat? Para Aliquid itu membunuh kakek dan nenekku hiks," Anma mengatakan itu dengan tesendu sendu.

"Benarkah? Bagaimana bisa? bukannya mamamu bilang kalau kakek dan nenekmu tiba-tiba meninggalkan dirimu dengan dirinya," Nova benar-benar terkejut sekaligus bingung dengan yang di katakan Anma.

"Semuanya bohong. Aku membenci mereka, Aku benar-benar membenci mereka," isak tangisnya mencoba tidak percaya dengan apa yang dia ketahui.

"Tenang Anma!" ucap Nova di dalam hatinya mencoba menenangkan Anma. Dia menghapus air mata Anma perlahan, meski susah untuk di lakukan Anma mencoba menenangkan dirinya.

Nova yang tidak mendapat jawaban dari Anma memilih mengambil buku itu dan melihatnya. Ia mulai membacanya, tetapi Nova tidak merasakan hal seperti Anma. Lembaran itu hanya berisi kertas kosong membuat Nova bertambah bingung.

Anma yang melihat itu juga merasa bingung, ketika tangan Anma menyentuh buku itu langsung muncul tulisan membuat Nova membelalakkan matanya.

"Bagaimana bisa?" Mereka berdua saling menatap dan terkejut.

"Aku terus berada di belakangmu, aku terus menunggumu sampai tibanya aku merasa lelah dengan menunggu. Tidak ada kekuatan yang bisa mengembalikan semuanya. Hanya dirimu yang bisa." Mereka berdua mebaca halaman buku pertama dengan tanda tanya.

Mereka membalikkan ke halaman seterusnya. "Apabila waktunya sudah tiba, kau akan datang menguak semua yang ada di dalam rasa, tapi aku telah tiada dan ceritaku telah berakhir, Tapi ceritamu belum berakhir!" Wajah mereka berdua masih dengan raut wajah yang sama yaitu bingung.

Mereka membalik lagi ke halaman ke tiga, "hanya dirimu yang bisa tahu tentang dirimu."

Mereka membalik lagi ke halaman berikutnya, "Sebuah pintu akan terbuka jika kau merasa semuanya mulai tidak adil, marah, rasa sakit, tangis dan tragis. Kau akan mulai menuntut balas dan akan menyakiti orang yang sangat mencintaimu hidup dan mati," Anma dan Nova membacakan itu serentak.

"Maksudnya Adnan?" Tanya Nova pada Anma sebelum mereka membaca halaman berikutnya.

"Aku tidak tahu, tapi apa hubunganya dengan Adnan?" Jawab Anma yang malah menanya balik.

"Pintu itu akan segera terbuka saat tangan mulai menari sesuai irama dendam, air bahkan tak berwarna jernih lagi sama dengan fikiran. Sebuah ikatan akan terpisah. Di uji atau memang akan berakhir?" Itu adalah halaman terakhir dan tiba-tiba buku itu bergerak menuju Anma dan menghilang seolah-olah masuk ke tubuh Anma.

"Anma? Ini tengah malam? Aku takut!" ucap Nova gemetar, karena takut.

"Tenanglah! Aku rasa itu petunjuk. Dimana ibu mendapatkan buku itu? Aku harus tanyakan ini." ucap Anma pelan mencoba menenangkan temannya itu.

"Tapi kalau aku tanya, dia bisa tahu kalau aku masuk ke kamarnya." Pikirnya lagi membuat ia mengurungkan niatnya.

"Apa yang kau katakan? Aku tidak mendengarnya," ucap Nova setengah berteriak.

"Tidak ada,"

"Aku akan memberi tahu mamaku kalau aku akan menginap di sini!" kata Nova sambil pergi keluar.

Anma masih duduk kaku dengan wajah sedih bercampur marah.

"Aku akan datang, Aku akan bunuh siapa saja yang menghancurkan hidupku! Lupakan Perasaan kau dan Revan, itu tidak nyata. ini hanya sebuah ilusi saja!" Anma mengatakan itu dengan wajah datar.

THE SECRET OF ALIQUID NOVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang