13. menjengkelkan

108 13 2
                                    

Saat ini malvino dan raya tengah duduk bersandar di bawah pohon taman belakang sekolah tempat yang menjadi favorit mereka berdua.tidak ada satupun diantar mereka yang membuka pembicaraan,mereka berdua sibuk bergelut dengan pikiran masing masing.

"Kok jadi canggung kayak gini sih,si vino lagi diam udah kayak orang bisu aja." Rutuk raya dalam hati.

"Vin kamu gak senang aku pulang lagi ke sini?." Tanya raya membuka percakapan di antara mereka berdua.

"Bukannya lo pernah bilang kalau lo akan tinggal di sana?." Bukan menjawab pertanyaan raya malahan malvino memberikan raya pertanyaan.

"Vin aku minta maaf." Lirih raya sambil menggenggam tangan malvino.

"Untuk apa,him?."

"Semuanya,karena ak- aku udah bohongi kamu ,buat kamu kecewa,buat kamu sakit hati sama aku,tapi kamu harus tau aku lakuin semua itu karena aku takut selama aku pergi kamu punya pengganti yang jauh lebih baik dari aku ,aku takut kehilangan kamu,aku takut kecewa dan aku gak mau sakit hati nantinya,makanya aku bohongi kamu ,jadi please maafin aku." Jelas raya dengan air mata yang telah membasahi pipinya.

"Kamu pikir aku cowok brengsek yang mudah jalin kasih sana sini,selama kamu pergi gak ada satu pun cewek yang bisa gantiin kamu di hati aku." Bentak malvino tajam sambil melepaskan tangan raya yang menggenggam tangannya dengan kasar.

"Sekarang apa yang harus aku lakuin supaya kamu mau maafin aku,aku gak mau kita marahan kayak gini."
Ujar raya penuh harap.

"EEKM - EKM."

Batuk yang dibuat seseorang di belakang pohon yang mereka dudukki yang membuat perhatian malvino dan raya teralihkan ke sumber suara. "Kalau mau ngomong serius jangan di sini ganggu orang tidur aja." Lanjut Nadine dengan mata yang masih terpejam.

"Ngapain lo disini?." Tajam malvino.

"Kamu nguping pembicaraan kita ya?." Jengkel raya sambil menunjuk Nadine dengan jari telunjuknya.

''Gak banget ngupinng pembicaraan kalian berdua gak penting juga jelas jelas aku disini karena mau bolos." Jawab Nadine sambil membuka matanya dan berdiri dari sandaran di pohon.

"Emang iya sih gue ngikutin mereka berdua,abis gue kepo sih sama masalah raya sama sang pujaan hati." Batin Nadine berbicara.

"Kamu bolos hebat ya, kamu kan Murid baru disini dan kalau sampai papa tau habis kamu di marahi."kata raya yang sarat akan nada ancamannya.

"Aduh maaf ya tuan putri raya,saya mohon jangan sampai tuan Tama tau kalau saya bolos,saya gak mau dihukum lagi yang kemarin kemarin aja belum sembuh gara gara non raya." Kata Nadine dengan raut wajah yang dibuat semenyedihkan mungkin sedangkan raya langsung melototkan matanya ke arah Nadine.

"Kurang ajar emang Lo ya,kapan coba papa buat kekerasan sama dia jangan jangan dia mau bikin nama gue jelek lagi di mata vino." Omel raya dalam hati.

"Maksud Lo apa?." Ketus malvino kepada Nadine.

"Vin mending kita pergi aja dari sini." Ajak raya sambil menarik tangan kiri malvino. Raya takut aja kalau Nadine akan memperburuk suasana antara dia dan malvino

"Eehh kakak kelas jangan pergi dong,mending temani aku aja di sini." Cegat Nadine sambil memegang tangan kanan malvino.

"Lo siapa nya vino sampai dia harus nurutin permintaan lo?." Bentak raya sambil menunjuk wajah Nadine.

"Waw aslinya keluar." Ejek Nadine.

"Sial ,benarkan dia ngerjain gue awas aja Lo pas nanti di rumah." Batin raya jengkel dengan Nadine.

  Dia nadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang