38.rani queensa narayang.

76 7 0
                                    

"Mama raya pulang." Panggil raya setengah berteriak saat memasuki rumah.

"Jangan teriak teriak sayang,ganti baju habis itu kita makan sama sama." Titah seren dari arah dapur menghampiri putrinya.

"Tapi raya udah laper banget,malas turun naik ke atas apalagi pakai tongkat." Keluh raya sambil memanyun kan bibirnya ke depan.

"Yaudah ayo kita makan." Seren mulai menuntun raya menuju meja makan.

Dengan hati hati raya menduduki kursi yang telah di geser oleh seren."lauknya kamu mau apa sayang?."tanya seren menatap ke arah raya.

"Apa aja asal masakan mama." Setelahnya hanya keheningan yang mengisi meja makan tersebut.

"Gimana dengan sekolah kamu?,apa anak pembangkang itu masih ganggu kamu?."tanya seren lagi setelah mereka berdua menyelesaikan makannya.

"Sejauh ini nggak sih ma,dia nggak ganggu raya kok,tapi sebaliknya raya yang sering cari masalah sama Nadine."lanjut raya membatin.

"Bagus kalau begitu,kalau dia macem macem sama kamu bilang sama mama,mama akan buat hidup anak itu semakin sengsara." Ujar seren dengan senyum licik yang tersungging di kedua sudut bibirnya.

"Raya ke kamar dulu." Dengan bantuan tongkatnya raya berjalan meninggalkan meja makan dengan seren yang menatap kepergian raya dengan heran.

°°°°°°

Malvino berjalan beriringan bersama Nadine dengan wajah yang masih cemong hasil karya Nadine tentunya saat perlombaan tadi siang.untung ada Hoodie yang sering di bawa malvino ke sekolah yang dapat menyelamatkan pemuda tersebut dari tatapan semua orang yang melihatnya.

"Kakak jalannya jangan ngunduk gitu nanti nabrak tau rasa."

Malvino mendongak menatap Nadine yang seakan sedang mengejek penampilannya. "Semua salah Lo,bilangnya buru buru gawat darurat,alasan." Ujar malvino dingin yang di balas Nadine dengan senyum yang di buat semanis mungkin.

"Tadi ada yang nelpon katanya di apartemen aku ada orang misterius gitu ya aku panik lah." Balas Nadine.

"Buruan,lama banget." Gerutu malvino sambil memijit pelan pelipisnya.

Kakak jangan marah marah
Nanti kakak lekas tua
Jangan salahkan adinda
Liftnya aja yang lama

"Diam suara Lo jelek."

"Bagus di bilang jelek."

Ting

"Akhirnya,ayo nanti orang misterius itu keduluan pergi lagi." Dengan tak sabaran Nadine menarik tangan malvino sambil berlari kecil menuju apartemen nya yang terletak paling ujung.

Nadine memasukkan sandi apartemen nya tergesa gesa hingga pintu apartemen tersebut terbuka.

"Kakak di depan aja." Ujar Nadine mendorong pelan tubuh malvino kedalam.

"Kan Lo yang punya ngapain jadi gue yang di depan." Heran malvino dengan tingkah Nadine.

"Ya kan kalau ada apa apa, atau hal yang tak diinginkan aku bisa kabur duluan." Dengan entengnya Nadine berujar yang di balas dengan tatapan tajam dari malvino.

"Lo jadiin gue tameng?."

"Ya nggak gitu juga sih kan.....suara apaan tuh." Mereka berdua menatap sekeliling dengan pandangan waspada." Suaranya dari dapur keknya."

Dengan perlahan lahan mereka berdua berjalan menuju dapur.di sana mereka berdua melihat seorang wanita paruh baya tengah memasak membelakangi mereka.

"Siapa?." Tanya Nadine menyembulkan kepalanya dari belakang punggung malvino.

  Dia nadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang