3. bully

217 16 1
                                    

Nadine menuruni undakan tangga dengan santainya sambil sesekali membenarkan letak kacamatanya.

"Ribet banget sih harus jadi cupu kayak gini." kesal Nadine.

"Hai nadine." sapa raya yang sudah rapi dan sudah duduk di meja makan.sedangkan Nadine hanya diam tanpa membalas ucapan raya dan terus melanjutkan langkahnya.

"Ohh iya gue lupa." ujar Nadine yang berhenti dari jalannya dan berputar balik ke arah raya. "ternyata cowok yang Lo suka ganteng juga ya" ucap nadine dengan seringai nya.

"Maksud Lo,bukannya gue belum kasih lihat foto vino sama lo?." tanya raya bingung yang mulai berdiri dari tempat duduknya.

"Ya kan gue semalem ke temu sama dia di tempat biasanya gue balap,malah dia yang jadi lawan tanding gue malam tadi." jelas Nadine. "dan satu lagi kalau satu saat gue mulai cinta sama dia gue akan rebut vino sang pujaan hati Lo itu." lanjut Nadine dan langsung melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertinggal.

"Tunggu." cegat raya sambil memegang pergelangan tangan Nadine.

"Gak usah pegang pegang." ketus Nadine sedangkan raya langsung melepas cekalan di tangan Nadine .

"Jangan harap Lo bisa ambil apa yang menjadi milik gue karna gue gak akan tinggal diam ,ingat itu." ancam raya.

"Waww, ternyata sisi asli Lo keluar juga,ini yang gue tunggu tunggu orang licik kayak Lo bisa jadi malaikat bagi orang di sekitar Lo,dan hebatnya Lo, semua orang gak tau kebusukan yang Lo umpatin selama ini." ejek Nadine dengan senyum miringnya.

"Kenapa?, karena apapun yang Lo lakuin gak pernah di hargai kan,gue jadi kasihan sama Lo yang gak pernah dapat kasih sayang dari papa sama Mama,dan malah sekarang Lo sama Abang Lo di anggap aib bagi keluarga sendiri." ejek raya tak mau kalah membuat Nadine mengepalkan tangannya kuat sedangkan raya yang melihat itu semua tersenyum penuh kemenangan.

"Iya emang Lo dapat kasih sayang papa mama ,tapi satu hal yang agak akan pernah Lo dapatin lagi yaitu malvino aldebaran." ucap Nadine dengan senyum manisnya.

"Maksud Lo apa ,ha?." bentak raya.

"Lo pasti tau dong maksud gue apa?." tanya balik Nadine dengan menaik turunkan ke dua alisnya.

"Gue gak akan pernah biarin Lo ambil vino dari gue." tekad raya.

"Yang sabar ya tuan putri raya." ejek Nadine. "Bye bye." lanjut Nadine sambil melambaikan tangan dan langsung pergi dari ruang makan sedangkan raya sudah dari tadi mengepalkan ke dua tangannya.

"Awas aja kalau sampai vino Lo ambil dari gue,gue buat hidup Lo lebih menderita lagi." guman raya.

                     •••••••••••••

Vino berjalan beriringan dengan ke dua sahabatnya siapa lagi kalau bukan Darren putra sanjaya dan galang Arnold Poernomo.ya mereka sengaja datang lebih awal ke sekolah karena ingin main basket terlebih dahulu di lapangan.

"No Lo gak pergi ngantarin raya ke bandara?." tanya Galang.

"Males." jawab vino datar.

"Lo aneh kemarin aja kayak orang gak ada gairah buat hidup,kalau Lo cinta sama dia Lo bujuk dia biar gak pergi." saran Darren.

"Hhmmm." jawab vino dengan dehemannya.

"Dasar kulkas berjalan." umpat darren.

"Udah mending kita ke lapangan aja langsung." ujar Galang.

"Kuy lah." jawab Darren. Setelah itu mereka bertiga berjalan ke arah lapangan basket.

Permainan basket pun mulai saat ini vino dengan Darren yang bertanding sedangkan Galang tidur di tepi lapangan dengan tasnya sebagai bantal,ya dia bilang dia mau lanjut tidur dulu karena masih mengantuk. Ya mereka bertiga sengaja datang pagi pagi hanya untuk main basket,tepat menuruti permintaan malvino dengan tatapan tajamnya.

  Dia nadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang