31.terluka

85 7 2
                                    

Nadine menatap bangunan dua lantai di depannya.membuka pagar tersebut dengan perlahan dan menatap sekali lagi bangunan tersebut menghela napas panjang dan meyakinkan diri sendiri bahwa hari ini semuanya akan selesai. Berjalan membuka pintu rumah tersebut dan mendapatkan sosok dua orang paru baya yang tengah duduk seolah olah sedang menunggu kedatangan seseorang.

"Assalamualaikum."

"Nadine."

Plak

"belum puas kamu nyakitin raya....salah dia apa sampai kamu berani dorong kakak kamu sendiri ha?."amuk seren yang geram dengan tingkah Nadine.

Nadine yang mendapat tamparan dari mamanya hanya menampilkan senyum gentir sambil mengusap bekas tamparan seren di pipi kanannya.

"Aku nggak dorong dia sama sekali...terserah kalian mau percaya atau tidak!."

"Masih berani kamu nginjakin kaki kesini?,kamu nggak mikir apa sebelum bertindak?...sampai buat raya masuk rumah sakit....dia kakak kamu nadine harusnya kamu lindungi dia bukan celakain kakak kamu sendiri!."hardik Tama berdiri dari duduknya menatap Nadine dengan tatapan kecewa.

"Aku ke sini cuma mau minta maaf....maaf belum bisa jadi apa yang kalian harapkan......maaf atas tindakan kurang ajar aku....maaf udah bikin kalian malu......maaf kalau aku masih jadi aib buat keluarga ini......dan belum bisa jadi anak baik buat mama papa."ujar Nadine lantang menatap kedua orang tuanya dengan raut sendu.

" Aku udah minta maafkan sekarang giliran mama papa yang minta maaf sama aku."

"Maksud kamu apa?." Tanya seren.

"Ya minta maaf karena mama papa belum bisa jadi orang tua yang sesungguhnya....minta maaf karena kalian terlalu egois menjadi orang tua....minta maaf karena perlakuan ketidak Adilan mama papa sama aku dan bang Sat....dan minta maaf sama seseorang di masa lalu kalian berdua."

"BERANI KAMU NGAJARIN ORANG TUA....PAPA NYESAL UDAH BESARIN ANAK SEPERTI KAMU NADINE....KAMU TIDAK PANTAS MENJADI BAGIAN DARI KELUARGA ATMAJAYA!.

Bentakan dari Tama apalagi suaranya yang menggelegar di seluruh penjuru rumah membuat Nadine menatap tak percaya ke arah papanya.

"Kapan papa besarin Nadine?,dari kecil yang jagain dan nemanin Nadine cuma bodyguard sewaan papa....apa pernah papa luangin waktu sedetikpun untuk aku?,apa papa masih ingat dulu pas weekend aku minta papa temenin aku main di taman tapi apa jawaban papa?...sayang papa masih banyak kerjaan kamu di temanin bodyguard aja ya?, kan percuma papa nyewa kalau papa juga yang jagain kamu temanin kamu Main, papa nggak waktu buat itu semua."

Tama langsung terdiam seketika mendengar penuturan nadine.dia ingat jelas waktu itu dimana Nadine anaknya mengajak pergi ke taman tapi dengan bodohnya tama menolak permintaan putrinya.

"Apa mama juga ingat waktu aku minta mama nemanin aku main ke taman setelah mendapat penolakan dari papa...mama jawab apa?,mama bilang kerjaan kamu cuma main aja ya...mau jadi apa kamu dewasa nanti kamu nggak lihat saya lagi ngajarin anak saya belajar.. kalau kamu mau pergi sana sama Abang kamu aja atau bodyguard papa kamu jadi anak kerjanya cuma nyusahin."
Nadine tertawa hambar melihat raut kedua orang tuanya yang terdiam.

"MAMA PAPA RAYA PU-lang."teriak raya semangat dengan suara mengecil di akhir saat melihat Nadine bersama kedua orang tuanya.

"Nadine." Beo satria dan malvino bersamaan,sementara Nadine dan kedua orang tuanya langsung melihat ke arah pintu yang baru saja terbuka.

"Udah pulang aja ternyata gue pikir Lo bakalan parah terlukanya ternyata cuma luka kecil." Kata Nadine bersuara memecahkan keheningan di sana.

"Jaga ucapan kamu nadine!." Tekan seren yang langsung pergi menghampiri raya dan memeluk sayang putrinya." Akhirnya anak mama pulang juga gimana nggak ada yang sakit kan?."

  Dia nadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang