42.rencana bella

69 5 0
                                    

Sinar matahari mulai menembus kaca jendela membuat seorang gadis remaja membuka matanya perlahan dan menghalau sinar matahari tersebut dengan tangan.menuju kamar mandi dengan malasnya mencuci muka dan menggosok gigi.setelah di rasa semuanya selesai melangkah kembali menuju meja makan.

"Ma,mama." Panggil Nadine menuangkan air putih kedalam gelas dan meneguknya sambil sesekali memijit keningnya yang masih terasa pusing.

"Mama Lo lagi di dapur. "

"Eh." Kaget Nadine menatap heran ke arah malvino yang tengah duduk di sampingnya."kok kakak ada di sini?."

"Semalam kan Lo pingsang,nggak ingat?."

Nadine mencoba mengingat kejadian semalam,untuk beberapa saat Nadine mencoba mengingatnya."semalam gue jemput raya di bar,ngantar dia pulang, terakhir cekcok sama papa." Guman Nadine berusaha mengingat kejadian setelahnya.

"Nadine." Malvino Menghampiri Nadine disusul oleh Satya.

"Ngapain Lo kesini?."tanya Satya menatap lekat ke arah Nadine yang mengunduk

"Ngantarin raya."balas Nadine yang berlalu dari sana."jangan satupun diantara kalian ngikutin gue."tambah Nadine yang tetap berjalan meninggalkan perkarangan rumah Atmajaya.

"Lo ikutin dia,biar gue yang lihat ke adaan raya." Titah Satya

Malvino terus mengikuti langkah Nadine dari belakang.nadine yang merasa diikuti seketika berhenti.

"Bug."

"CK,ngapain berhenti?"tanya malvino tanpa sengaja menabrak punggung Nadine.

"Gue udah bilang jangan ikutin gue!."balas Nadine jengkel setelah memutar badannya menghadap malvino.

"Gue khawatir."

"Yang harus kakak khawatirkan itu raya bukan gue."

"Gue bukan kakak Lo."

"Tapi Lo kakak kelas gue."

"Cuma,bukan berarti Lo harus panggil gue kakak terus."

"Aaiiss,kenapa kepala gue tambah berat ya " guman Nadine menggeleng gelengkan  kepalanya entah kenapa semua yang dilihatnya berputar putar apalagi ocehan malvino yang tidak jelas sama sekali di pendengarannya.

"Bruk." Tubuh Nadine langsung ambruk ke depan malvino,untungnya malvino langsung menyambut tubuhnya.

"Nadine." Malvino mengangkat tubuh Nadine dan segera memberhentikan taksi yang kebetulan lewat.

"Udah ingat sekarang."

Nadine memutar badannya ke belakang saat mendengar suara yang amat ia kenal."ngapain Lo di sini?."tanyanya tanpa ada embel embel Abang seperti biasanya.

"Sayang nggak boleh gitu sama Abang sendiri." Tegur Rani menghampiri nadine."kenapa keluar kamu masih sakit lho."lanjut rani Menempelkan punggung tangannya ke kening nadine."tuh kan masih panas istirahat gih nanti mama antar sarapan sama obat buat kamu."

"Nadine udah baikkan kok,mama nggak usah khawatir." Balas Nadine menduduki dirinya ke kursi.

"Gue minta maaf." Ujar Satya berjongkok di samping Nadine menggenggam kedua tangan nadine."gue punya alasan atas sikap gue ke Lo--."

"Apa alasannya?." Potong  Nadine menatap dalam kedua bola mata kakaknya.

"Lo ingat kejadian saat raya jatuh dari tangga?."

"Ingat."

"Malamnya gue jenguk dia ke rumah sakit--"Satya berusaha mengatur napasnya dan menatap kembali ke arah Nadine."keluar dari ruang inap raya gue ketemu bokap nyokap,Tante seren minta gue buat ngomong hal penting sama dia dan gue setuju,gue pikir dia mau minta maaf atau menyesal mungkin tapi gue salah---."

  Dia nadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang