Malvino membuka perlahan pintu dan masuk ke ruang rawat raya.disana ada Leon yang duduk di kursi samping brangkar.
"Gue kira Lo nggak ada niatan lihat pacar Lo." Leon yang sadar akan ke hadiran malvino langsung berdiri dari duduknya.
"Vino kamu udah datang." Senang raya dengan senyum manisnya dan berusaha untuk duduk dari tidurnya.secara bersamaan malvino dan Leon membantu raya untuk berbaring lagi.
"Tidur lagi,jangan banyak bergerak dulu." Tegur malvino." Yon Lo bisa keluar dulu."
"Lo ngusir gue." Sewot Leon.
"Hhmm." Dengan jengkelnya Leon keluar dari ruangan itu.
"Vin kamu kok baru datang?,tadi kemana aja?." Tanya raya setelah malvino duduk di kursi Leon tadi.
"Mama nelpon suruh pulang." Bohong malvino.
"Apa kamu tau kejadian di sekolah saat Nadine dorong aku dari tangga?." Malvino menatap raya dalam saat mendengar omongan raya.
"Hhmm..kenapa dia dorong kamu?,kamu nggak lagi cari masalahkan sama dia?." Pertanyaan tak terduga dari malvino membuat raya terkejut.
"Kok kamu nuduh aku kayak gitu,apa coba faedahnya aku cari gara gara sama adik aku sendiri?." Jengkel raya sambil mengatur emosinya.
"Aku kesini jenguk kamu karena ada hal penting yang harus kita bahas." Ujar malvino mengalihkan pembicaraan mereka sebelum nya.
"Hal penting apa?,apa aku nggak penting buat kamu?,pas lagi sakit gini kamu bukan nanyain keadaan Aku malah bahas hal yang belum tentu penting."
"Kita pu-tus." Raya terdiam sambil mencerna dengan baik kata putus tak terduga dari malvino.
"Kamu nggak lagi bercanda kan?,kenapa disaat kondisi aku lagi kek gini hiks hiks kamu malah hiks hiks minta putus?,apa karena Nadine?." Raya tak bisa membendung air matanya yang mengalir dengan deras sambil menarik jaket kulit malvino mencengkram erat kedua sisi jaket tersebut.
"kamu suka kan sama dia hiks hiks makanya kamu minta putus dari aku.....kamu tau dia celakain aku hiks hiks dia dorong aku sampai kaki aku patah!." Teriak raya sambil memukul dada malvino.
"Itu bukan salah nadine,tapi gue yang mau hubungan ini berakhir!" Dingin malvino sambil melepas tangan raya yang ada di dadanya." Dan jangan sangkut pautin semua masalah kita sama dia,satu lagi kita masih bisa berteman baik,gue pulang dulu." Pamit malvino yang langsung keluar dari sana tanpa mau menenangkan raya yang tengah menangis tersedu-sedu.
"Bug."
"Ngapain Lo berdua...nguping." Leon dan Satria hanya menampilkan senyum manisnya mereka dan dengan cepat berdiri.
"Nggak gue sama bangsat mau masuk,lah lo main langsung buka pintunya kan kita berdua kaget sampai jatuh." Elak Leon dengan cepat.
"Trus si raya kok bisa nangis kek gitu,Lo apain tuh?." Tanya satria seakan tidak tau apa yang sebenarnya terjadi sambil mengarahkan dagunya ke arah raya yang mendapat tatapan datar dari malvino.
"Lo sama gue pulang...biar Satya jagain adiknya." Titah malvino yang langsung berlalu dari sana.
"Gue cabut dulu,jagain raya jangan Lo tinggalin sendiri,bentar lagi nyokap bokap Lo bakalan datang." Leon berjalan menyusul malvino setelah mendapat anggukan dari satria.
.
.
.
.Satria duduk di samping brangkar raya.tetap diam melihat raya yang menangis tersedu sedu tanpa ada kata kata penenang sedikit pun darinya.
"Mau sampai kapan Lo nangis?,gue nggak tau apa yang Lo tangisi ,dan masalah Lo sama vino apa, gue juga nggak peduli ." Raya mengangkat wajahnya dan menatap ke arah satria.
"Lo senang lihat gue hancur..semua ini gara gara adik kesayangan Lo bang..dia buat gue celaka dan sekarang dia berhasil rebut vino dari gue."
"Kenapa Lo jadi salain adik gue?,bukannya dari awal itu ide Lo buat maksa adik gue turutin semua kemauan Lo?." Berang satria tidak terima sambil memandang datar ke arah raya.
"Adik Lo pembohong..Lo tau cuma orang bodoh yang suruh orang lain untuk jagain pacarnya sendiri...gue nggak pernah nyuruh dia buat nyamar jadi cupu itu kemauan dia sendiri...hiks hiks bahkan dia yang ngancam gue...dia mau rebut vino dari gue karena dia suka sama vino sejak balapan malam itu....Lo pasti ingatkan Nadine yang ikut balapan sebelum gue berangkat ke luar negeri." Pilu raya dengan air mata yang semakin deras keluar sedangkan Satria hanya memandang iba.
"Tapi gue tau adik gue....adik gue bukan orang picik kek lo.....hee tuan putri kita udah sama sama dari kecil bahkan kita pernah tinggal bersama."
"Gue tau Lo nggak akan percaya sama gue...tapi coba Lo buka mata Lo lebar lebar bang semua bisa berubah seiring dengan berjalannya waktu...Lo lihat apa yang adik Lo perbuat...gara gara adik Lo..kebencian dia sama gue yang buat dia kek gini mampu nyelakain gue demi seorang cowok." Raya menarik napas dalam-dalam sambil menghapus air matanya.
"Kalau Lo nggak percaya sama gue...harusnya Lo percaya sama saksi mata yang lihat semua kejadian itu kan?...gue punya saksinya kalau lo masih nggak percaya sama apa yang gue omongin bang."
Satria hanya diam berperang dengan pemikiran nya sendiri. Merasa bimbang dengan semua kejadian hari ini..... Memilih siapa yang benar dan salah..dia merasa adiknya tidak pernah melakukan sesuatu yang merugikan orang lain seberapa pun orang itu menyakitinya,tapi disisi lain omongan raya bisa jadi benar.
"Adik gue bukan orang jahat....dia nggak akan tega celakain orang lain meski orang itu nyakitin dia berkali kali...adik gue orang baik walaupun cara dia salah ,selalu gegabah sampai bahayain nyawanya sendiri....karena dia selalu bilang dan ingatin gue buat nggak balas kejahatan orang dengan kejahatan kecuali orang tua kita." Bantah Satria sambil menghela napas perlahan dan mengatur emosinya yang menggebu gebu.
"bahkan Lo tau walaupun dia benci sama Lo bahkan orang tua kita sekaligus dia nggak pernah kepikiran buat celakain kalian...adik gue cuma kurang perhatian dan kasih sayang sama orang tua kita..yang buat dia berulah itu untuk narik perhatian mereka buat selalu ada untuk dia bukan cuma Lo Lo dan lo yang mereka perioritaskan!."tunjuk satria ke arah raya yang semakin mengais histeris dengan sinisnya.
"Gu-gue tau Lo pasti bakalan belain adik lo...gue tau kita cuma saudara tiri sedangkan Nadine...dia adik kandung Lo,makanya Lo nggak percaya dan nggak akan pernah per-ca-ya sama kebenaran yang ada...Lo seakan akan tutup mata dan telinga dengan semua kebenarannya." Raya menatap satria penuh harap dengan mata sembabnya.
Satria Menghela napasnya dengan gusar,apalagi harus berdebat dengan raya yang seakan menyudutkan adiknya. "Lo tenang dulu...mending Lo istirahat lagi,Lo baru masa pemulihan dan gue harus pergi sekarang,orang tua kita udah datang buat jagain Lo." Satria dengan perlahan membaringkan kembali tubuh raya dan mengelus pelan Surai raya "gue pergi jangan banyak pikiran."
Satria ke luar dari ruangan raya sambil memandang datar dua orang yang sedang berdiri di depan pintu.
"Ngapain kamu kesini?,kenapa anak saya bisa nangis kayak gitu?,kamu apakan dia?." Tanya seren bertubi-tubi dengan tatapan tidak sukanya ke arah satria.
"Anda bisa tanyakan langsung sama tuan putri kesayangan anda itu." Ujar satria yang langsung pergi dari sana.
"Tunggu,ada hal penting yang harus kita bicarakan." Satria melanjutkan kembali jalannya yang sempat terhenti tanpa menghiraukan seren.
"Mas kamu masuk duluan,jagain raya." Titah seren yang langsung pergi menyusul satria.
Jangan lupa tinggalkan jejak
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia nadine
Teen FictionTentang remaja perempuan bernama Nadine queensa Atmajaya yang tinggal di tengah keluarga broken home,selalu di nomor duakan oleh kedua orang tuannya. Menjalani kehidupan yang rumit,penuh teka teki tentang masa lalu kedua orang tuanya. Di paksa menya...