Sebelum kalian baca, jauhkan dulu benda-benda tajam yang ada di sekitar ya! Wkwkwkwk
Buat yang belum makan, mending makan dulu deh. Takutnya nanti malah pengen makan orang. 😭
Karena, part ini mengandung emosi yang sangat membagongkan. 😭🙏
Dan, aku bingung mau ngasih sub judul buat part ini apa. Jadi, kayak gitu aja. Dijamin! 😂😂😂
🐊🐊🐊
"Mau ganteng, atau tidak.
Kalau hatinya tidak sefrekuensi bagaimana?
Jadi, fisik bukan indikator utama untuk mencintai seseorang."
🐊🐊🐊Ketika kakinya menyentuh anak tangga terakhir, Chiara dapat melihat seorang cowok tengah duduk membelakanginya dan posisi yang menghadap Papanya.
Chiara menghela napas, jantungnya malah semakin berdetak dengan cepat. Ia mulai tersenyum lebar ketika cowok itu menolehkan kepalanya. Namun, sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah drastis.
Diero. Betapa terkejutnya Chiara saat melihat cowok itu sedang duduk bersama orangtuanya. Sekarang, begitu banyak pertanyaan yang bersarang di pikirannya. Kenapa malah cowok itu yang datang ke rumahnya? Kenapa Erlan belum datang? Apa yang sudah dibicarakan Diero kepada orangtua Chiara? Cowok itu akan berulah apalagi?
Diero pun mulai berdiri bersamaan dengan Chiara yang berjalan menghampirinya, tatapan gadis itu begitu tajam. Cowok itu memberikan senyuman tak berdosa pada Chiara. Dia tampil mengenakan kaos putih sablon telapak telapak tangan dibalut kemeja bermotif murbei warna dongker.
"Lo ngapain di sini?" ketus gadis itu ketika sudah berdiri di depan Diero.
"Ngajak lo ngedate lah," jawab Diero dengan tampangnya yang menyebalkan.
Chiara berdecih. Ia tidak habis pikir dengan tindakan Diero yang sering di luar dugaannya.
Gadis itu mempertahankan tatapan tajamnya, rasanya ingin sekali ia menghajar Diero. "Mending sekarang lo pergi dari sini!" usir Chiara tanpa ingin basa-basi lagi. Tangannya menunjuk pintu rumah yang terbuka dengan emosi yang sudah meluap-luap.
"Chiara, jangan gitu dong sama pacar kamu!" Sentakan dari Mamanya membuat Chiara kaget.
"Dia bukan pacar aku, Ma!" terang Chiara sambil menatap Mamanya yang ikut berdiri, sedangkan Papa Chiara dengan santainya menyeruput segelas kopi.
"Ya udah kalau gitu mulai malam ini kita pacaran, lo mau 'kan?" sambar Diero.
Chiara kembali menoleh. "Gue gak mau!" tolaknya dengan penuh penekanan.
"Kamu itu mau ngajak anak Om pacaran, atau ngajak berantem?" Tiba-tiba saja, Papa Chiara menyahut sambil terkekeh pelan, hingga mereka menoleh padanya.
"Ngajak pacaran lah, Om. Apalagi 'kan udah direstuin sama Om Latif." Diero menjawab pertanyaan Papa Chiara dengan percaya diri.
Chiara mendelik tajam pada Diero. Apa dia bilang? Papa merestui Chiara dengan dia? Kenapa dia jadi mengada-ada seperti ini?
Papa Chiara tersenyum. "Terima aja! Papa udah restuin kamu sama Diero kok," ujarnya.
"Papaaaaa...," pekik Chiara. Ia menjadi semakin kesal melihat Papanya malah mendukung Diero seperti ini.
"Mama juga restuin kok," tambah Mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypi [COMPLETED]
Teen FictionTentang sebuah kisah yang menyuguhkan perasaan campur aduk antara suka, duka yang sulit untuk diungkapkan, serta dijelaskan. Tentang sebuah kisah yang rumit antara, aku, kamu, dan dia. Perjalanan yang entah akan berakhir romantis, dramatis, atau mal...