43. Melepaskan

1.1K 163 131
                                    

💔💔💔

"Sedalam doa yang pernah terucap dariku pada Tuhan, akhirnya harus ku hapus paksa termasuk perasaan kita.
Ah, salah! Bukan kita, tetapi hanya aku.
Berkaca pada masa lalu, bahwa apa yang kelihatannya dapat dipercaya, ujung-ujungnya hanya membuat kecewa."

💔💔💔

Chiara memandangi gemerlap cahaya lampu yang terlihat dari dalam cafe dengan tatapan kosong. Ia sudah lelah, sehingga dibiarkan saja air mata itu meluncur dan semakin membasahi kedua pipinya. Gadis itu telah berusaha untuk meredamkan isakannya, namun rasa sesak yang menekan dadanya itu belum juga hilang.

Alunan melodi dari instrumental yang terputar dengan volume sedang di tempat itu semakin menambah kesedihannya.

Erlan, satu nama yang sering ia sebut dan begitu disukai, kini telah berganti menjadi sebuah nama yang sangat dibenci, nama yang enggan untuk dilontarkan dari mulutnya lagi.

"Andai waktu itu gue milih puter balik, pasti gue gak akan pernah ketemu sama lo."

"Andai waktu itu gue milih jalan lain, pasti gue gak akan pernah kenal lo sejauh ini."

"Andai waktu bisa diputar, gue gak akan pernah milih untuk jatuh hati sama lo."

Dalam hati, Chiara terus menyesali hari-hari yang telah dilewatinya.

"Lo adalah cowok paling berengsek yang pernah gue kenal, Lan."

Chiara mengepalkan kedua tangannya yang dia taruh di atas meja. Ia terus mengumpat dalam hati.

"Andai waktu bisa diputar kembali, gue gak akan pernah mau percaya sama semua omongan manis lo."

Gadis itu menyeka air mata yang terus mengalir menggunakan telapak tangannya. Kejadian beberapa menit yang lalu begitu membekas di dalam hatinya. Sampai kapan pun, penyataan kejam yang telah diberitahukan oleh Erlan tadi tidak akan pernah bisa dilupakan oleh Chiara. Hal itu terlalu menusuk, menyakiti, dan menghancurkan kepercayaan, serta perasaannya.

"Gue bener-bener kecewa sama lo." Gadis itu meringis sembari menepuk-nepuk pelan dadanya.

Tiba-tiba, ia teringat dengan seseorang membuatnya langsung mengusap seluruh air mata yang telah membuat pipinya basah dan memerah.

Chiara segera mengambil ponselnya yang berada di dalam slingbag. Jari-jarinya dengan cepat mengetik sebuah nama laki-laki yang ia tambahkan sebuah emotikon kotoran. Tanpa perlu berpikir lama lagi, segera ia lakukan panggilan suara kepada orang itu.

Gadis itu menempelkan benda pipih berwarna putih tersebut ke daun telinga sebelah kanannya.

Panggilan pertama, gagal.

Panggilan kedua, masih tidak diangkat juga.

Panggilan ketiga dan keempat, direject.

Hingga panggilan kelima, akhirnya orang itu menjawab panggilan membuat Chiara menghela napas lega.

Belum sempat Chiara berucap, laki-laki yang ia hubungi itu langsung memekik kesal.

"Lo ngapain sih telpon gue? Gue jadi kalah 'kan. Ah, bego!"

Chiara melebarkan bola matanya. Seketika, ia menjadi kesal sebab cowok itu malah memarahinya seperti ini, akibatnya Chiara harus membalasnya dengan sebuah omelan juga.

"Orang kalo jawab telpon itu nunggu salam dulu atau gak ya salam duluan. Bukannya malah ngatain orang bego! Dasar tolol!" umpat Chiara. Amarahnya saat ini sudah membludak ditambah dengan pekikan lelaki itu di awal telepon.

Charmolypi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang