-----
"Di dunia ini, ada hal-hal yang tidak bisa kamu genggam, hanya karena kamu menginginkannya."
-----
"Gak mungkin lo udah ketemu sama dia."
Erlan tiba-tiba datang, ia berbicara dengan suara dan ekpresi yang datar, membuat Diero dan dua orang teman di sampingnya menoleh ke arahnya. Diero menyembunyikan keterkejutannya dengan tersenyum sinis. "Lo ngomong apa? Gak jelas!" sarkas Diero.
Erlan memberikan tatapan tajam pada Diero. "Lo," tunjuk Erlan. "Lo salah orang!" lanjutnya penuh penekanan.
"Maksud lo siapa? Dia?" tanya Diero dengan wajah angkuhnya.
"Bara bilang kalau lo sebut-sebut nama Chiara. Lo kira itu dia?"
"Kenapa? Lo belum tau kalau Aileen udah kembali?" tanya Diero dengan decihannya.
Erlan menggebrak meja sambil mencondongkan tubuhnya ke depan Diero. Ia memberikan tatapan mautnya. "Gue kasih tau sama lo, dia bukan Aileen. Jadi, gue kasih lo peringatan buat jangan ganggu Chiara!"
Diero memberikan tatapan menantang. "Lo naksir sama cewek itu? Makanya lo nyuruh gue buat jauhin dia?"
"Dia gak ada hubungannya sama masalah kita. Jadi, gue minta lo jangan macam-macam!" tegas Erlan.
Diero mengalihkan pandangannya sambil tertawa meremehkan. "Erlan, Erlan. Semakin lo bersikap kayak gini, lo malah membuat gue semakin penasaran."
Erlan kembali menunjuk wajah Diero. "Jangan pernah lo temuin Chiara!"
"Sayangnya gue udah dua kali ketemu dia, terus gue jadi makin penasaran sama cewek itu," ujar Diero yang semakin menantang Erlan.
Ingin sekali Erlan meninju wajah laki-laki yang sedang menyeringai kepadanya. Akan tetapi, ia menepis niat itu, karena ia tidak suka bertengkar di lingkungan sekolah. Kalau di luar sekolah, Erlan tidak segan-segan untuk meninju siapa pun yang menantangnya.
*****
Chiara berjalan menuju dapur untuk memasak makanan. Tubuh idealnya itu masih terbalut baju tidur bermotif bunga edelweiss, rambutnya ia biarkan terurai acak-acakan. Rasa sakit di kepalanya secara perlahan mulai menghilang. Sekarang, ia merasa bosan. Sedari tadi, yang ia lakukan hanya berbaring di ranjang.
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, pantas saja dirinya merasa sangat lapar. Tadi pagi, ia hanya sarapan dengan selembar roti dan segelas susu. Tangan kanannya membuka lemari es yang berada di pojok ruangan. Benda itu berisi banyak air mineral dan beberapa camilan, juga terdapat beberapa sayuran, serta potongan-potongan daging ayam yang bisa gadis itu olah.
Chiara mengambil wadah yang berisi beberapa potong daging ayam, hanya tinggal di goreng saja. Karena, mamanya sudah memberikan bumbu. Setelah itu, ia menutup pintu lemari es, berjalan menuju kompor. Ia letakkan wadah tersebut, kemudian meraih teflon yang tergantung di dekatnya. Tiba-tiba, ponsel yang berada di saku baju tidurnya bergetar lama. Dengan sigap, ia meraih ponsel tersebut.
Tante Fina is calling ....
"Dari Tante Fina?" gumamnya. Tidak sopan jika membiarkan orang yang menghubunginya itu menunggu lama, Chiara segera menerima panggilan tersebut.
"Assalamu'alaikum, Tante!" Chiara memberikan salam terlebih dahulu.
"Wa'alaikumsalam, Ara!" balas suara seorang wanita di seberang sana.
Chiara berjalan menuju meja makan, lalu duduk. "Apa kabar, Tante? Tumben telpon Ara."
"Kabar Tante baik. Kamu apa kabar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypi [COMPLETED]
Ficção AdolescenteTentang sebuah kisah yang menyuguhkan perasaan campur aduk antara suka, duka yang sulit untuk diungkapkan, serta dijelaskan. Tentang sebuah kisah yang rumit antara, aku, kamu, dan dia. Perjalanan yang entah akan berakhir romantis, dramatis, atau mal...