34. Lope Lope Sekebon Buat Chiara

1.1K 156 227
                                    

🍁🍁🍁

"Mungkin, jika ada urutan orang munafik, aku adalah salah satunya.
Kenapa?
Karena, aku selalu mengatakan 'iya' pada sesuatu yang sebenarnya hatiku ingin menolak."

🍁🍁🍁

Kedua kaki seorang gadis berhenti tepat pada pijakan anak tangga ketiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua kaki seorang gadis berhenti tepat pada pijakan anak tangga ketiga. Ia membalikkan badannya untuk melihat wajah laki-laki yang telah menghalangi rencananya untuk pulang dan bersantai.

Laki-laki itu meminta Chiara untuk berbicara sebentar dengannya. Entah apa yang diinginkannya, gadis itu masih belum tahu. Yang pasti, Chiara harus pintar-pintar mengendalikan emosinya jika berhadapan dengan laki-laki ini.

"Sebenernya lo mau ngomong apa sih?"

Saat ini, hanya ada mereka berdua saja di dalam ruangan untuk tangga darurat. Keadaan yang sepi membuat suara gadis itu sedikit menggema.

Tatapan laki-laki itu terlihat serius. Kedua tangannya dia masukkan ke saku depan celananya. "Kenapa lo masih aja deket sama dia? Udah berapa juta kali gue bilang sama lo buat jauh-jauh dari Erlan!" tuturnya begitu tegas.

Chiara melipat kedua tangannya di depan dada. Lantas, ia sedikit mencondongkan badannya ke depan. "Hellaw, Diero! Ini hidup-hidup gue. Kok jadi lo yang ngatur?"

Laki-laki itu adalah Diero. Kehadirannya yang selalu tiba-tiba membuat gadis itu merasa terkejut, sekaligus curiga.

Diero maju selangkah lebih dekat dengan gadis itu. Jarak antara wajahnya dengan Chiara saat ini begitu dekat, bahkan mereka dapat merasakan hembusan napas masing-masing.

"Gue berhak ngatur orang yang gue suka," ujar Diero.

Chiara menegakkan tubuhnya dengan spontan setelah mendengar kalimat tidak masuk akal yang dilontarkan laki-laki itu. "Maksud lo?"

Diero langsung menoyor dahi gadis itu. "Lo siswi teladan 'kan di sekolah? Kok bego banget gak ngerti sama omongan gue."

Chiara sedikit memekik kesal. Gadis itu masih tidak mengerti apa arti perkataan Diero barusan. Entah karena terlalu polos atau pura-pura polos.

"Lo suka sama gue?"

Laki-laki itu langsung menggelengkan kepala, namun sedetik kemudian dia mengangguk dengan semangat tanpa ekspresi.

Gadis itu berdecak kesal. "Gak usah main-main ya, Diero! Hari ini gue seriusan lagi capek banget. Jadi, tolong, tolong pake banget buat jangan bikin gue frustrasi!"

Diero memegang kedua lengan Chiara dengan tatapan yang menajam, serta senyum miring yang tercetak di bibirnya. "Gue gak bakal berhenti munculin wajah ganteng gue sampai lo jauhin Erlan."

Dengan sekuat tenaga, Chiara menepis tangan laki-laki itu. "Terus cewek lo si Aileen itu gimana, Diero?"

Diero menggeleng. "Aileen bukan cewek gue, Ra!"

Charmolypi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang