45. Undangan Membawa Malapetaka

1.4K 144 113
                                    

🦄🦄🦄

"Kelak, kau akan paham. Bahwa diam adalah cara pamit yang paling terasa sakit."

🦄🦄🦄

Terdengar hembusan napas jengah dari seorang gadis berpipi chubby yang sedang duduk bersandar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar hembusan napas jengah dari seorang gadis berpipi chubby yang sedang duduk bersandar.

Di hadapannya kini, terdapat dua orang laki-laki yang sama-sama sedang menatap wajahnya begitu intens.

Chiara menegakkan tubuhnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja. Kedua dahinya bertaut heran. "Kalian kenapa bisa barengan datengin gue kayak gini sih?"

"Gak tau. Tiba-tiba gue kayak dapet panggilan gitu dari hati." Sebuah jawaban pertama terlontar dari mulut seorang laki-laki berkaos hitam dengan kalung warna hitam yang melingkar di lehernya.

Chiara merotasikan bola matanya malas. Jawaban cowok itu terdengar garing.

"Kalo lo?" Gadis itu bertanya kepada laki-laki yang duduk di sebelah Diero, yaitu Erlan.

"Jawaban gue udah diambil sama pencuri yang duduk di sebelah gue." Perkataan Erlan membuat Diero melotot ke arahnya, sedangkan Chiara malah menahan tawa.

"Bangsat, lo!" umpat Diero. "Apa-apaan lo bilang gue pencuri. Lo nya aja yang gak bisa kreatif kayak gue!" sanggah Diero dengan wajah kesalnya. Lantas, dia menggeser sedikit kursinya ke kiri untuk menambah jarak di antara mereka berdua.

Erlan tidak menanggapi perkataan Diero, laki-laki itu kembali menatap Chiara yang juga melihatnya dengan datar.

"Lo mau makan apa, Ra? Mau nasi atau pasta?" tawar Erlan pada gadis itu sambil tersenyum.

"Gak usah sok manis lo, munafik!" tukas Diero. Ucapannya terdengar sangat sewot.

Erlan mendelik tajam ke arah Diero. "Diem lo!"

Diero tertawa pelan. "Lo yang diem!" Dia menujuk wajah Erlan. "Kalo lo masih punya malu, harusnya lo udah gak berani nunjukin muka burik lo di depan Chiara." Diero tersenyum miring.

Hinaan itu membuat Erlan menggebrak meja dengan tangan kanannya. "Muka lo yang burik!" balas Erlan tidak ingin mengalah.

"Mata lo katarak? Wajah gue tampan dan tingkat kegantengan gue jauh di atas lo!" Diero juga tidak akan semudah itu untuk mengalah.

Chiara menatap kedua lelaki itu secara bergantian. Ia hanya mengembuskan napas jengah. Harusnya, dia bisa bersantai di cafe ini, tapi berkat kehadiran dua cowok absurd itu membuatnya menjadi tidak tenang.

Charmolypi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang