🐄🐄🐄
"Apakah berbuat baik lebih penting daripada menjadi yang terbaik?"
🐄🐄🐄
Chiara memejamkan mata akibat sekelebat ingatan mulai melintasi pikirannya, namun masih tidak jelas. Potongan demi potongan ingatan itu terlihat begitu abu-abu. Ia sama sekali tidak mengindahkan berapa panggilan dari kedua sahabatnya.
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Jantungnya berdetak dengan cepat. Gadis itu merasakan sesak ketika beberapa ingatannya mulai kembali, terutama ingatan tentang peristiwa yang menyebabkan dirinya harus melewati masa-masa kritis.
"Erlan," gumam Chiara sangat pelan. Kepalanya langsung menoleh dan menatap kedua sahabatnya dengan sendu.
"Chiara, lo gak kenapa-napa, 'kan?" tanya Hana, raut wajahnya terlihat panik.
Irena menepuk sebelah bahu Chiara. "Ra," panggilnya. "Kepala lo sakit ya?" lanjut Irena.
Chiara kembali bergeming sembari menurunkan pandangannya pada lantai. Dadanya bergerak naik turun dengan tempo yang tidak beraturan. Ia kembali memegang kepalanya yang masih terasa pening.
"Chiara," panggil Irena lagi.
Hana mengguncangkan tubuh Chiara. "Chiara, ih malah diem. Seriusan lo gak kenapa-napa, 'kan? Jangan bikin gue khawatir, astatank!" geram Hana.
Gadis itu mengangkat kepalanya, lalu menatap Hana dan Irena secara bergantian. "Ingatan gue kembali, Han, Ren." Chiara berujar dengan bibir yang gemetar.
"SUMPAH, RA?" pekik Irena. Bola matanya sudah melebar akibat terkejut.
"Beneran? Lo beneran inget?" Hana ikut menjerit senang, lalu memeluk Chiara kegirangan.
Akan tetapi, raut wajah Chiara sama sekali tidak menandakan jika dirinya senang. Gadis itu malah memasang tampang sedih, ia merasa sangat shock.
Irena ikutan memeluk Chiara dengan erat sambil tersenyum. "Alhamdulillah. Gue seneng banget dengernya, Ra."
Lantas, kedua sahabatnya mulai melepaskan pelukan itu.
"Kayaknya lo perlu istirahat dulu deh, Ra, di UKS," usul Hana.
Irena mengangguk setuju. "Kita anterin ya?" tawarnya.
Chiara menggelengkan kepalanya menolak. "Gue harus ketemu sama Erlan," ucap gadis itu.
"Sekarang? Jan gile lo, Ra!" sergah Hana.
"Gak harus sekarang kali, Chiara! 'Kan masih bisa pas pulang sekolah," sanggah Irena menambahkan.
Chiara kembali menolak. "Pokoknya gue harus temuin dia sekarang."
Hana mendengus, "Tapi, Ra, kita masih ada dua mata pelajaran lagi sampe pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypi [COMPLETED]
Teen FictionTentang sebuah kisah yang menyuguhkan perasaan campur aduk antara suka, duka yang sulit untuk diungkapkan, serta dijelaskan. Tentang sebuah kisah yang rumit antara, aku, kamu, dan dia. Perjalanan yang entah akan berakhir romantis, dramatis, atau mal...