2. Ketemu Lagi?

3.9K 575 554
                                    

"Sepertinya kini mulai membaik.
Entah hatiku yang mengalah
atau
rasaku yang telah musnah
atau lebih parah,
aku sudah mulai lelah."

-----

Dunia tak pernah mengerti apa yang kita rasakan.

Tentang perasaan patah dan lelah yang tak seorang pun dapat mengobatinya, kecuali diri kita sendiri.

Tentang keinginan untuk menghilang, walau sebenarnya hanya ingin ditemukan.

Tentang banyak rasa yang terkadang tak mampu dideskripsikan dengan sekadar kata-kata.

Terdengar hembusan napas lelah dari seorang gadis yang mengenakan piyama bermotif stitch dengan rambut cokelat panjang bergelombang yang sengaja tergerai. Tangan mungilnya berhenti menari di atas keyboard laptop berwarna silver pada meja belajar berwarna putih.

Entah kenapa, tiba-tiba ia menjadi teringat seseorang. Dia, laki-laki yang telah mematahkan hatinya setahun yang lalu. Betapa bodohnya gadis itu karena dengan mudahnya dia percaya pada laki-laki itu. Padahal, Chiara belum mengenalnya dalam waktu lama. Dengan alibi klasik, dia adalah seorang pemuda yang populer di sekolah dan pastinya tampan, Chiara langsung jatuh hati pada dia yang kini telah bergelar mantan. Ah ... Mengingatnya lagi membuat Chiara merasa semakin bodoh.

Chiara beranjak menuju jendela kamar, kepalanya menyandar pada kaca jendela dengan lesu. Malam ini, hujan datang lagi. Menjatuhkan tetes demi tetes air, karena awan sudah tak lagi mampu menampungnya. Baunya yang khas pun sangat terasa di indera penciuman.

Dinginnya angin yang berhembus tak akan mampu membuat seseorang menghapus segala hal yang dipikirkan. Namun, dengan hujan sebagian orang dapat merasakan kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan. Dengan hujan, sebagian orang dapat merasakan bahagia dan sedih secara bersamaan.

Tidak ingin lama-lama bersedih, Chiara melangkah mendekati nakas untuk mengambil ponselnya. Jari-jarinya dengan lincah mencari sebuah nama di kontak, lalu menekan lambang telepon pada nomor yang diberi nama 'Sipikuu' ditambah emoticon hati berwarna merah. Tidak butuh waktu lama, panggilannya segera diterima.

"Halo, Ra! Kenapa? Ada apa gerangan telepon malem-malem gini?"

Chiara mendudukkan dirinya di atas ranjang berukuran besar yang dibalut seprai berwarna biru muda polos. "Gue mau cerita, deh," ucapnya dengan semangat.

"Cerita apa? Cepetan, gue mau tau."

"Jadi gini, tadi pas gue mau balik abis dari rumah lo pas di jalan-"

"Di jalan lo kenapa? Dibegal? Atau dirampok?"

Chiara mendengus sebal ketika Hana-sahabat baiknya, memotong ucapannya.

"Besok aja deh gue cerita pas di sekolah. Bye!" putus Chiara, ia mematikan sambungan panggilannya secara sepihak. Chiara yakin, kalau Hana pasti sedang memaki dirinya sekarang dengan mata yang seolah akan menggelinding keluar.

Tok ... Tok ... Tok ....

Chiara mengalihkan pandangan ke arah pintu kamarnya yang terkunci. Ia mendengus pelan, walaupun tidak terdengar suara sama sekali dari si pengetuk pintu, tetapi Chiara tahu jika itu pasti sang Mama.

Sebelum diamuk, buru-buru gadis itu berlari kecil dan membuka pintu. "Iya, Ma. Ara udah belajar kok," cengir Chiara penuh percaya diri agar tidak terlihat bahwa ia sedang berbohong. Alih-alih membaca buku pelajaran sekolah, sejak tadi ia hanya berkutat dengan kalimat-kalimat puitis pada laptopnya.

Charmolypi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang