3. Bukan Kebetulan

3K 507 463
                                    

"Jika aku tak suka.
Maka,
jangan harap kau dapat baikku."

-----

"Erlan?"

"Ikut gue!"

Tanpa aba-aba, Erlan langsung menarik pergelangan tangan Chiara dan berlari ke arah selatan. Sekitar lima orang laki-laki mengenakan seragam yang sama dengan Erlan terus berlari mengejar mereka dengan raut wajah marah. "Jangan nengok, cepetan!" sentak Erlan ketika melihat Chiara yang terus melirik ke belakang.

Chiara mendengus sambil berusaha menyeimbangkan kecepatan larinya dengan Erlan membuatnya ngos-ngosan. "Stop, kek! Capek," keluhnya sambil menarik tangan yang masih digenggam Erlan, lalu berhenti tepat di depan sebuah toko roti dengan bangunan minimalis berwarna krem. "Kalo lo ada masalah sama mereka, jangan bawa-bawa gue, dong!" erangnya dengan deru napas yang terdengar tidak karuan.

Bukannya menjawab atau pergi saja, Erlan kembali menarik dan menggengam tangan Chiara, bahkan kali ini sangat erat. Mereka kembali berlari setelah melihat orang-orang yang mengejar mereka semakin dekat, mungkin lebih tepatnya mengejar Erlan.

Chiara terus menggerutu, berlari kencang seperti ini membuatnya kelelahan. Sedari tadi sudah berbelok ke kanan dan ke kiri, hingga mereka tiba di salah satu komplek perumahan terdekat. "Ngumpet kek, ngumpet. Gue capek, anjir!"

Erlan sama sekali tidak mengeluarkan suara, ia fokus menghindari orang-orang yang mengejarnya. Kalau begitu, kenapa harus mengajak Chiara? Padahal, jika sendiri akan lebih mudah bukan?

Jari Chiara menunjuk ke arah jejeran pot bunga yang ukurannya sangat besar. Lagi-lagi, Erlan menarik Chiara tanpa aba-aba membuatnya benar-benar kewalahan. Lantas, mereka segera berjongkok untuk sembunyi dibalik jejeran pot. Erlan membekap mulut Chiara dengan telapak tangannya saat Chiara akan teriak, karena dirinya tidak sengaja menginjak rok gadis itu hingga terjatuh.

Erlan tidak ingin menghiraukan Chiara yang sudah pasti sedang memelototinya sekarang. Matanya terus memperhatikan sekitar dengan was-was dan takut akan ketahuan orang-orang yang mengejarnya.

"Tahan, Ra, tahan. Sabar, tahan." Chiara menggerutu di dalam hati sambil menahan diri, agar emosinya tidak meledak detik itu juga, ia tetap bertahan walau rasanya ingin menggigit tangan Erlan.

Chiara memperhatikan orang-orang yang terlihat sangat kebingungan akibat kehilangan jejak mereka berdua. Dirinya mulai bertanya-tanya, kenapa Erlan dikejar-kejar banyak orang? Apa Erlan penjahat atau punya banyak hutang? Lebih parah lagi jangan-jangan mereka lagi berantem karena rebutan cewek?

Chiara mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia sedikit kaget ketika Erlan akhirnya menyingkirkan tangan dari mulutnya. Ia melihat Erlan menghela napas lega, lalu beralih kembali memperhatikan sekitar, ternyata orang-orang yang mengejarnya sudah pergi. Erlan menatap canggung gadis itu, sedangkan Chiara memberikan tatapan sinis.

"Coba kalau tangan gatel lo belum lepas dari mulut gue, udah gue gigit lo." Chiara melayangkan kepalan tangannya ke depan wajah Erlan.

"Gue nyesel lama-lama bekap mulut lo, mulut lo bau!" ejek Erlan sambil berdiri dan menepuk-nepuk celananya yang sedikit kotor sembari bergidik ngeri.

"Wah, Emang gak ada akhlak lo ya!" umpat Chiara. Alih-alih berdiri, kakinya malah tergelincir membuatnya terduduk kembali. Bukannya menolong, Erlan justru menahan tawanya dan melenggang pergi. "Tolongin, woy!" Teriakan Chiara sama sekali tidak digubris oleh Erlan yang tetap berjalan meninggalkan Chiara dengan gaya berjalan yang membuat Chiara geram hingga mencopot dan melemparkan sepatunya.

"Mampus! Kena 'kan lo." Mimik wajah sumringah langsung tercetak di wajah Chiara ketika lemparan sepatunya tepat sasaran mengenai punggung kokoh Erlan.

Erlan menghentikan langkahnya, ia tahu pasti Chiara yang melemparkan sepatu ke arahnya. Ia membalikkan badan dan melangkah dengan cepat menghampiri Chiara.

Charmolypi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang