16. Kenapa Harus Aku?

1.6K 251 384
                                    

♥♥♥

"Kutub utara dan kutub selatan, takkan pernah bisa menyatu.
Meski terpisah, keduanya selalu beriringan.
Walau di belahan dunia yang berbeda,
keduanya menari, bergerak, dan mencapai tujuan di waktu yang bersamaan."

♥♥♥

"Jangan bengong!"

Chiara cukup tersentak akibat senggolan lengan Irena yang duduk di sampingnya.

"Apa?" Dengan tampang polosnya Chiara bertanya seperti itu.

Irena meletakkan pulpennya dengan kasar. "Lo ngapain daritadi ngelamun?" tanya Irena lagi.

Chiara menggelengkan kepala. "Enggak. Siapa juga yang ngelamun," elaknya.

Irena segera memutar badannya menghadap Chiara yang masih memangku wajahnya dengan sebelah tangan.

"Jangan bohong! Lo lagi mikirin apa? Lagi ada masalah?" Irena menepuk bahu Chiara, dan menuntun cewek itu agar duduk dengan tegak menghadapnya.

Chiara menghela napas, dan membalas tatapan sahabatnya. "Gu-gue cu-cuma ...," ucap Chiara terbata-bata.

"Cuma apa?" Irena menaikkan kedua alisnya.

"Gu-gue cu-cuma bosen aja, iya bosen." Chiara menyengir.

Irena memicingkan matanya, curiga, dan masih tidak percaya dengan alasan yang diberikan sahabatnya ini. "Bosen kenapa?"

Mata Chiara melihat ke segala arah, kentara sekali sedang mencari alibi yang tepat untuk menjawab pertanyaan Irena.

"Bosen karena Hana gak masuk. Iya itu, biasanya 'kan kalau ada Hana tuh heboh. Terus sekarang sepi gitu," alibi Chiara dengan berkata dengan cepat.

Irena masih memicingkan matanya, dia sama sekali tidak percaya. Walaupun Irena selalu diam, bukan berarti tidak peka dengan perubahan pada sahabatnya. Memang hari ini Hana tidak masuk dikarenakan sakit, namun Chiara sudah melamun sejak pagi tadi. Bahkan, sejak masuk ke dalam kelas, wajahnya sudah murung. Entah apa yang terjadi dengan sahabatnya ini, Irena tidak tahu, karena Chiara belum bercerita kepadanya, dan malah menyembunyikannya seperti sekarang.

Irena kembali menghadap ke depan, tangannya meraih pulpen, dan kembali melanjutkan tulisannya. "Lo beneran gak mau cerita sama gue?" katanya tanpa menoleh pada Chiara, dia sedikit kesal.

Sedangkan, Chiara memandang Irena dengan perasaan yang tidak enak, ia merasa bersalah karena tidak menceritakan permasalahannya pada Irena. Bukan maksud tidak percaya, tetapi ia hanya tidak ingin menambah beban sahabatnya, dan sangat tidak ingin melibatkan mereka ke dalam bahaya yang ia hadapi saat ini. Chiara juga berpikir, sudah ada Erlan, dan Bara yang akan membantunya.

Chiara malah memperhatikan keadaan kelasnya yang ricuh akibat jam pelajaran kosong, karena guru mata pelajaran Sosiologi tidak masuk. Kemudian, matanya kembali menatap Irena yang masih fokus mengerjakan tugas lesnya.

"Gue bakal cerita ke lo, setelah masalah gue selesai, Ren."

Pernyataan itu membuat Irena menoleh, dan berhenti menulis. "Kenapa lo gak mau cerita sekarang? Lo gak butuh bantuan gue, atau Hana gitu?" desis Irena.

"Karena, gue gak mau nambah beban lo, dan gue gak mau buat lo sama Hana dalam bahaya, Ren!" ujar Chiara dengan sungguh-sungguh.

Irena memicingkan matanya, dia tidak mengerti maksud dari perkataan Chiara.

"Maksudnya dalam bahaya tuh gimana? Chiara, sebenernya lo tuh kenapa, sih?" cecar Irena yang dibuat semakin penasaran.

Chiara menggigit bibir bawahnya, ia bingung. "Pokoknya gue bakal cerita ke lo sama Hana. Tapi, nanti gak sekarang. Please, ngertiin gue!" Ia memohon sambil menyatukan kedua tangannya di depan wajah.

Charmolypi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang