6. Modus

2.4K 409 371
                                    

-----

"Kecewa itu busuk.
Ia termaafkan. Namun, tak terlupakan."

-----

Chiara melangkahkan kakinya ke dalam rumah yang bernuansa monokrom, ia menghampiri kedua orang tuanya yang tengah sibuk mengeluarkan dua koper berukuran besar berwarna maroon. Sejenak, bola matanya melirik ke arah bocah laki-laki berambut blonde yang terlihat sedang serius bermain puzzle sambil duduk di atas sofa berwarna hitam.

Sedetik kemudian, Chiara kembali beralih menatap kedua orang tuanya. "Lho, Papa sama Mama mau ke mana? Kok ngeluarin koper kayak gini?" Seketika, Chiara menjadi panik hingga hal-hal aneh mulai berdatangan menghampiri pikirannya.

Papa yang bernama Latif terkekeh sembari menepuk bahu putri sulungnya. "Papa harus ke luar kota, karena ada urusan kerjaan. Mama sama Adik kamu juga harus ikut Papa."

"Terus aku ditinggal sendiri, gitu?" protes Chiara. Gadis itu merasa tidak terima, karena ini sangat mendadak.

Tampak seorang wanita paruh baya berambut panjang hitam bergelombang keluar dari kamarnya. "Gak lama kok, Sayang. Cuma seminggu, siapa tau bisa lebih cepat."

Latif menggangguk, membenarkan ucapan istrinya.

"What? Seminggu?" pekik Chiara yang kembali terkejut. Wajahnya mulai memelas.

"Iya, kamu udah dewasa. Masa takut ditinggal sendiri di rumah," desis Haliza. Sedangkan, Latif kembali ke dalam kamar untuk merapikan barang-barang yang masih berceceran.

Chiara menghela napas pasrah. "Ya, udah, iya. Nanti Ara minta Hana sama Irena buat nemenin Ara di rumah, deh. Sepi banget kalau sendirian, Ma." Chiara terpaksa mengembangkan senyum agar mamanya tidak khawatir.

"Nah, gitu dong. Mama sama Papa berangkat besok pagi kok. Kalau ada apa-apa kamu langsung hubungi Mama atau Papa, ya! Jangan lupa beres-beres, sapu, pel, cuci piring! Pokoknya jangan sampai rumah berantakan!"

Kepala Chira mengangguk beberapa kali. "Iya, Ma, iya."

"Ya, udah. Sekarang kamu ke kamar, terus mandi, ganti baju. Nanti malam turun ke bawah buat makan malam, ya!" titah Haliza yang lagi-lagi hanya dibalas dengan anggukan dari anak gadisnya.

"Iya, Ma. Ya, ampun, bawel deh."

Chiara mencolek dagu Mamanya sambil tertawa. Tidak ingin mendapat ocehan lagi, buru-buru ia menghindar dengan mendekati adik laki-lakinya. Ia merecoki kegiatan adiknya dengan mengacak-acak potongan puzzle yang hampir selesai membuat bocah itu mengerang kesal.

Chiara dapat memastikan jika mamanya akan mengomel, maka dari itu dia segera berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

*****

Drrt ... Drrt ... Drrt ....

Chiara menghentikan langkah tatkala ponselnya berdering, ia segera mengambil ponsel yang berada di dalam saku baju seragam batiknya yang berwarna biru muda.

Unknown number is calling...

Dahinya mengerut, nomor tidak dikenal ini milik siapa? Chiara menggelengkan kepalanya, berniat untuk mengabaikan panggilan tersebut. Beginilah Chiara, ia tidak akan mau menjawab panggilan dari nomor asing.

Alih-alih memasukkan ponsel ke saku baju, ponselnya kembali bergetar, orang itu menghubunginya lagi membuat Chiara berdecak sebal. Chiara kembali mengabaikannya, ia menggenggam ponsel dengan erat, kemudian berlari kecil menuju kelas yang sudah dekat.

Charmolypi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang