♥♥♥
"Semua itu pilihan kita, serta kesempatan kita.
Entah berakhir menjadi sekadar cerita, atau berakhir sebagai tujuan.
Bahagia tidaknya tergantung yang kita tulis.
Pahit maupun manis, hingga sarkastis."♥♥♥
Setelah menerima telepon dari Chiara, Erlan segera pergi menuju rumah cewek itu. Akan tetapi, belum sempat dia menaiki motornya, Bara keburu berlari, dan menahannya.
"Apa, sih?"
Sentakan dari Erlan membuat Bara menyengir.
"Lo kenapa? Mau kemana? Perlu bantuan gue gak? Soalnya lo nyebut-nyebut Singa garang tadi. Jadi, gue rasa lo perlu bantuan gue. Mumpung gue lagi baik nih." Bara mengoceh dengan deru napas yang tak beraturan.
Erlan mendelik tidak suka pada Bara yang kelewat cerewet melebihi seorang cewek.
"Ribet, lo!" seru Erlan dengan sentakan lagi.
"Ih, abang mah. Gue 'kan mau ikut, mau ketemu Singa garang. Pasti dia kangen, terus khawatir sama gue. Soalnya 'kan waktu itu gue sempet sakit gara-gara dia." Bara merengek, dan terlihat sangat menjijikkan di mata Erlan.
"Gak!"
"Ah! Gue ikut ya? Please! Erlan baik deh. Gue ikut pokoknya ke rumah Chiara, ya?"
Lagi-lagi rajukan Bara terdengar menggelikan, membuat Erlan bergidik ngeri. Ditambah Bara malah mencolek dagu Erlan dengan centil. Mirip seperti bencong yang sedang menggoda Om-Om.
Erlan mengusap dagunya dengan kasar. "Astaga, Bara! Lo jadi cowok jangan semlehoy bisa gak, sih?" pekik Erlan yang mulai jengah dengan tingkah Bara.
Yang diomeli hanya memperlihatkan deretan giginya yang putih.
"Dah, ah! Gue buru-buru nih." Erlan segera menaiki motor, dan memakai helm fullface nya.
Bara mengangguk. "Ya udah, bro. Hati-hati dijalan! Kabarin gue kalau ada apa-apa!" kata Bara seketika berubah dengan gaya seperti cowok seharusnya.
Erlan pun mengangguk, dan melambaikan tangan sebelum melajukan motornya menuju rumah Chiara. Dia harus segera sampai, karena pasti cewek itu sudah menunggunya.
♥♥♥
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, akhirnya Erlan tiba di rumah Chiara. Dia menstandarkan motornya di depan pagar rumah itu, dan melepas helm, lalu menaruhnya di atas motor. Kemudian, dia segera turun.
Kakinya berjinjit sambil celingukan. Pagar rumah itu tidak terlalu tinggi, sehingga Erlan dapat melihat jelas pintu rumah yang tertutup rapat itu.
"PERMISI! PAKET!"
Erlan berteriak dengan sangat keras dengan kaki yang masih berjinjit.
"PAKET! PAKET!"
Erlan malah terkekeh geli sendiri. Mungkin dia mulai tertular gilanya Genta, dan Bara.
"MBA, PAKET, MBA! PAKET!"
Erlan terus berteriak, karena tidak ada tanda-tanda pintu sana akan terbuka.
Selang beberapa detik, akhirnya terdengar samar suara sesorang membuka kunci pintu. Benar saja, Erlan melihat pintu itu terbuka, dan langsung nampak sosok Chiara yang masih mengenakan seragam sekolahnya.
Akan tetapi, terlihat sangat kusut, ekspresinya pun sangat menyedihkan. Namun, di mata Erlan melihat kondisi cewek itu malah membuat dirinya ingin tertawa. Kenapa? Karena tatapan tajam, dan wajah kesalnya itu sangat menggemaskan. Mungkin, akibat teriakan dirinya tadi yang seperti kurir paket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypi [COMPLETED]
Fiksi RemajaTentang sebuah kisah yang menyuguhkan perasaan campur aduk antara suka, duka yang sulit untuk diungkapkan, serta dijelaskan. Tentang sebuah kisah yang rumit antara, aku, kamu, dan dia. Perjalanan yang entah akan berakhir romantis, dramatis, atau mal...