36. Kritis

1.1K 159 88
                                    

🐾🐾🐾

"Menyakitkan memang jika selalu bergulat dengan diri sendiri perihal kita yang harus menutup rapat segala kepedihan, karena menghadapi kejamnya takdir."

🐾🐾🐾

"Chiara," panggil Erlan dengan bibir yang gemetaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Chiara," panggil Erlan dengan bibir yang gemetaran. Pandangannya sedikit mengabur akibat air mata yang sudah tergenang dipelupuk matanya.

Laki-laki itu menjatuhkan tubuhnya ke aspal, kemudian kedua tangannya menangkup wajah gadis yang sudah terlihat pucat pasi. Segera dia raih tubuh gadis itu ke dalam pangkuannya. Erlan tidak peduli jika darah gadis itu akan menempel pada pakaiannya.

"Ra, bangun, Ra!" ujar Erlan sambil mengguncangkan tubuh Chiara.  "Ra, jangan tinggalin gue, arrrggghhh ...," desahnya penuh khawatir.

Erlan meneteskan air matanya seketika melihat banyak darah yang menempel pada telapak tangannya. "Chiara, bangun!" pekik laki-laki itu.

Keadaan gadis itu terlihat mengenaskan, wajahnya sangat pucat seperti orang yang sudah tidak bernyawa.

Erlan mengenggam tangan gadis itu dengan erat. Dia juga dapat merasakan kalau detak jantung gadis itu mulai melemah.

"Chiara, please, bangun!" jerit Erlan yang sudah terlihat putus asa. Laki-laki itu mulai terisak sambil memeluk Chiara.

"Aku mohon sama kamu, bangun, Chiara!" lirih Erlan. "Chiara, bangun!"

Kemudian, Erlan menoleh ke belakang, lalu menatap Diero dengan kilatan amarah yang luar biasa. "APA YANG LO LAKUIN SAMA CEWEK GUE, RO?"

Diero menggelengkan kepalanya, pelan. Dia masih mencerna apa yang terjadi saat ini. Laki-laki itu terus bergumam, bersumpah jika dia tidak sengaja mendorong gadis itu dengan kencang, tidak ada niatan sama sekali untuk membuat gadis itu celaka seperti ini.

Lantas, Diero berjalan menghampiri mereka dengan langkah yang ragu.

"Gu-gue g-gak bermaksud buat ce-celakain dia, Lan," ucap Diero terbata-bata.

Erlan tidak menanggapi perkataan Diero, dia kembali menoleh pada Chiara dan mengusap sebelah pipi gadis itu.

"Erlan, sumpah gue bener-bener gak sengaja," kata Diero yang sudah berdiri di sebelahnya.

Erlan tidak menghiraukan ucapan Diero lagi, dia hanya terfokus pada gadis itu.

"Gue harus cepet-cepet bawa Chiara ke rumah sakit," gumam Erlan sambil mengangguk-angguk.

"Pakai mobil gue, Lan!" usul Diero langsung.

Tidak perlu berpikir lagi, Erlan segera mengangkat tubuh Chiara.

Diero pun langsung berlari menuju mobilnya di parkiran yang berada tidak jauh dari parkiran motor tersebut.

Erlan berlari mengikuti Diero. dia terus memandangi gadis itu. Kekhawatiran yang  memuncak membuatnya tidak punya pilihan lain selain berdamai dengan laki-laki itu untuk sementara waktu. Hanya sampai gadis itu tiba di rumah sakit dan segera mendapatkan penanganan dari  paramedis.

Charmolypi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang