***
"Tuhan, tidak pernah melarang kita untuk menyukai seseorang.
Tuhan, hanya mengatur waktu yang tepat untuk kita bertemu.
Agar, tiada jeda antara aku dan dirimu."***
"Gentaaa!" jerit Chiara, kesal.
Takut jika gadis itu akan memukul atau bahkan mencakar nya, buru-buru Genta kabur dari sana sambil tertawa. "Kabuuur! Ada Singa ngamuuuk!"
Chiara menghentakkan sebelah kakinya, ingin rasanya ia merobek mulut cowok itu. Pagi-pagi sudah dibuat jengkel, membuat mood Chiara sedikit menurun.
Genta lari terbirit-birit dengan kepala yang terus menoleh ke belakang, karena Chiara mulai mengejarnya.
"Gentaaa! Jangan kabur lo! Gue bejek-bejek mulut lo! Hiihh ... Ngeselin!" murka Chiara sambil berlari.
Chiara berhasil menarik ransel milik cowok itu, sudah pasti tubuh Genta tertarik ke belakang.
"Ampun, Ra! Ampun! Gue masih waras kok ini," oceh Genta sambil menyatukan kedua tangan di depan wajahnya dengan mata terpejam.
Chiara menarik-narik ransel Genta lagi. "Lo udah gila! Ngapain lo masih ngaku-ngaku pacar gue, hah? Lo mau gue rebus di panci tukang bakso?" cecarnya.
"Kejam banget sih lo sama pacar sendiri." Genta membuka matanya dan cemberut.
"Pacar? Halu lo!" ujar Chiara.
"Halu dulu ya rapopo, siapa tempe bisa jadi kenyataan." Genta menjulurkan lidahnya, meledek.
Chiara menghempas ransel Genta yang ia tarik tadi lalu memejamkan matanya. "Gen!" panggilnya kemudian membuka mata.
Genta mengembangkan senyumnya, dan menjawab dengan semangat, "Iya, sayang."
"Bisa gak jangan bikin gue darting setiap hari? Dan stop panggil gue sayang!"
Wajah Chiara memerah, Genta benar-benar membuat Chiara marah.
"Terus maunya dipanggil apa?"
"GAK USAH PANGGIL-PANGGIL GUE!"
Genta mengelus dadanya, terkadang dia merasa kaget dengan teriakan gadis di depannya ini. Akan tetapi, dia tidak akan marah, malahan dia semakin merasa gemas.
"Ra, bukannya lo baru sakit? Kok lo udah bisa teriak-teriak, sih?"
"YA BISA LAH!"
Chiara mengibaskan rambutnya ke belakang, ia tidak melepas tatapan tajamnya pada Genta.
Genta hendak membalas, tetapi matanya teralihkan pada leher Chiara yang masih terlihat sedikit membiru.
"Chiara!" panggil Genta, datar.
"Apa?" balas Chiara ketus.
"Lo kenapa?" Raut wajah Genta seketika berubah, benar-benar datar, matanya menyuarakan kekhawatiran.
Chiara mengernyitkan keningnya. "Kenapa apanya?"
"Leher lo," tunjuk Genta.
Tangan Chiara langsung memegang lehernya saat Genta hendak menyentuhnya.
"A-apa, ga-gak kenapa-napa. Leher gue baik-baik aja." Chiara berucap dengan gelagapan.
"Lo kemarin cuma demam 'kan? Tapi, kenapa leher lo memar kayak gitu?"
"Gue gak apa-apa, Genta!" elak Chiara.
"Jangan bohong, Ra! Kasih tau gue, lo diapain?" Genta benar-benar menjadi tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypi [COMPLETED]
Teen FictionTentang sebuah kisah yang menyuguhkan perasaan campur aduk antara suka, duka yang sulit untuk diungkapkan, serta dijelaskan. Tentang sebuah kisah yang rumit antara, aku, kamu, dan dia. Perjalanan yang entah akan berakhir romantis, dramatis, atau mal...