* ❣*
"Sabar, nanti kita bertemu.
Entah pagi atau malam, aku harap temu kita bukan candu.
Karena, jika candu itu akan menyiksa di antara satu.
Aku, atau kamu, akan berhadapan dengan rindu."* ❣*
Sedari tadi, Chiara terus memasang wajah kesal, dan sesekali mendelik pada Diero yang sedang fokus mengendarai mobilnya."Gak usah ngeliatin gue mulu! Gue tau lo terpesona sama kegantengan gue." Diero berkata dengan sangat percaya diri tanpa menolehkan kepalanya.
Chiara mendesis pelan, ia merasa sangat kesal dengan sikap Diero yang tidak jelas.
"Gak usah kepedean! Muka mirip beruk aja bangga," kritik Chiara dengan pedas, lebih menjeletot bagaikan sambal ayam geprek level 10.
Diero menekan pedal rem dengan keras membuat mobil itu berhenti secara mendadak. Untung saja mereka terkena lampu merah, jadi beberapa mobil, dan motor ikut berhenti.
Tubuh Chiara pun terhuyung ke depan, pasti sebentar lagi ia akan marah sambil melotot.
Lalu, benar saja Chiara langsung melebarkan matanya seraya menoleh pada Diero yang sedang memberikan cengiran menyebalkan.
"DIEERROOOOOOOO!!!"
Teriakan maut itu membuat telinga Diero terasa pengang. Ingin rasanya Diero menyumpal mulut Chiara dengan kaos kaki miliknya.
"Heh, kutil kunti! Suara lo bener-bener dah gila. Pengeng kuping gue woy!" protes Diero yang masih menutup kedua telinganya.
Chiara memejamkan matanya sebentar untuk menetralkan emosinya agar kembali tenang.
"Kenapa lo berhenti mendadak sih?" komentar Chiara dengan sewotnya.
Diero menunjuk lampu lalu lintas yang menggantung di atas. "Liat noh pake mata! Lampu merah gitu, ya kali gue terobos."
Chiara mengikuti arah telunjuk Diero, dan benar saat ini memang sedang lampu merah.
Diero ternyata orang yang mematuhi peraturan lalu lintas.
"Ya, tapi 'kan gak perlu rem mendadak. Kalau orang yang dibelakang mobil kita kaget gimana?" kata Chiara masih belum puas.
Diero terkekeh kecil. "Mobil kita? Hello, Chiara! Ini mobil gue doang, bukan mobil lo juga."
Chiara mengembuskan napasnya dengan kasar. "Ya, emang ini mobil lo. Ya udah sih sama aja, tetep aja 'kan sama astaga," kata Chiara tidak terima jika dirinya harus kalah adu mulut dengan Diero.
"Sama apanya? Beda!" balas Diero.
Chiara mencebikkan bibirnya, kesal. "Ya, itu dah. Ah elah, nyebelin lo. Udah ah."
Diero menoyor kening Chiara dengan kencang. "Gak jelas 'kan lo!"
Chiara langsung memukul lengan Diero yang tidak kalah kencangnya, dan berhasil membuat cowok itu meringis kesakitan. Jangan disangkal, jika pukulan Chiara tidak kalah mautnya dengan pelototan mata, dan teriakan nyaringnya.
"Sakit, bego!" umpat Diero.
"Bodo!" ucap Chiara lalu memalingkan wajahnya ke kiri, menatap jalanan lebih baik daripada melihat wajah Diero yang sangat menyebalkan.
* ❣*
"Dia jalan-jalan di rumah sakit jiwa."
Suara seseorang yang tiba-tiba muncul dari kursi penumpang bagian paling belakang mobil Erlan itu membuat Aileen, dan Erlan terkejut. Secara bersamaan,mereka menolehkan kepalanya ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypi [COMPLETED]
Teen FictionTentang sebuah kisah yang menyuguhkan perasaan campur aduk antara suka, duka yang sulit untuk diungkapkan, serta dijelaskan. Tentang sebuah kisah yang rumit antara, aku, kamu, dan dia. Perjalanan yang entah akan berakhir romantis, dramatis, atau mal...