🐄🐄🐄
"Kini, dunia tambah menyeramkan, ya?
Bukan hanya pedang yang mampu menusuk, namun ucapan pun lihai membuat hati remuk."🐄🐄🐄
Jari telunjuk sebelah kanan Chiara mulai bergerak pelan diikuti oleh jari-jari yang lainnya, kelopak matanya juga berkedut. Gadis itu berusaha untuk mengerjapkan matanya beberapa kali hingga secara perlahan mata itu mulai terbuka, namun kembali tertutup akibat kilauan lampu yang menabrak netranya.
Seluruh tubuhnya serasa remuk, kaku, berat sampai sulit untuk digerakkan. Ia juga merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya membuat gadis itu mengerang pelan. Lantas, gadis itu kembali membuka matanya secara perlahan, menatap langit-langit ruangan dengan sayu, bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Raut wajahnya terlihat kebingungan, ia tidak tahu dirinya sedang berada di mana sekarang.
Merasa ada yang mengganjal pada lengannya, Chiara menolehkan kepalanya dengan hati-hati. Gadis itu mengernyit heran, ia tidak tahu siapa laki-laki yang berada di sampingnya saat ini, karena posisi kepala laki-laki itu membelakanginya, membuat dirinya tidak dapat melihat wajah laki-laki itu. Dengan susah payah, tangan kirinya mencoba untuk menyentuh kepala laki-laki itu.
Chiara sedikit terperanjat ketika laki-laki itu mulai bangun dari tidurnya akibat pergerakan yang dilakukan olehnya.
"Chiara, kamu udah sadar?" Laki-laki itu melebarkan matanya bahagia dan langsung berdiri.
Gadis itu tidak menjawab, ia menarik bibirnya yang kering membentuk senyuman tipis. Kemudian, Chiara hendak melepas oksygen mask yang dipakainya, namun dengan cepat dicegah oleh Erlan.
"Jangan dulu di lepas! Aku panggilin dokter, ya." Detik berikutnya, Erlan menekan sebuah tombol berwarna merah yang menempel pada dinding di sebelah brankar Chiara yang berfungsi untuk memanggil dokter, serta perawat agar datang ke ruangan ini.
Chiara menatap laki-laki yang tengah tersenyum itu dengan perasaan yang turut bahagia. Akan tetapi, gadis itu masih merasa bingung, kenapa dirinya bisa terbaring di brankar rumah sakit seperti ini?
Tidak perlu waktu lama, kemunculan seorang dokter laki-laki dan dua perawat perempuan yang berlari masuk ke ruangan ICU itu membuyarkan lamunan Chiara.
Erlan bergerak gelisah ketika memperhatikan sang dokter yang sedang melakukan serangkaian pemeriksaan kepada Chiara. Hingga dirasa cukup, dokter itu tersenyum sambil menoleh pada Erlan, lalu berkata jika keadaan gadis itu telah membaik, maka besok beliau akan kembali melakukan pemeriksaan kepada Chiara lagi untuk melihat perkembangannya sampai keadaan gadis itu pulih dan kembali normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Charmolypi [COMPLETED]
Teen FictionTentang sebuah kisah yang menyuguhkan perasaan campur aduk antara suka, duka yang sulit untuk diungkapkan, serta dijelaskan. Tentang sebuah kisah yang rumit antara, aku, kamu, dan dia. Perjalanan yang entah akan berakhir romantis, dramatis, atau mal...