17. Celaka

1.6K 247 881
                                    

Hallo peensss 😚

Kali ini aku mau cuap cuapnya di awal wkwk...

Gpp kan? Gpp lah pasti HAHA

Oke, jadi begindang, nanti kan pasti udah pasti pake banget di akhir chapter selalu aku gantung WKWKWK.

Nahinahinuhh, aku mau dong comentnya tembus 500 hiyaa😂😂😂

Bisa gak? Bisa dong ayoo kudu bisaa😘

Setelah coment tembus 500, ku langsung update lagi yuhuuu....

Dah ah sekyann cukup segitu aja.

Jangan lupa siapkan hati, dan pikiran kalian dengan sebaik mungkin.

Siapkan pula camilan, kopi, dan kawan-kawannya karena part ini puanjang banget. Panjangnya melebihi panjangnya jalan kenanganku dengannya. Eaaaa...

So, happy reading!❣

***

"Jangan biasa membiasakan kebiasaan yang biasa dibiasakan oleh orang yang biasa membiasakan kebiasaannya."

***

"Hallo, tolong lacak Chiara sekarang, dan kirim ke Elang!"

Setelah itu, Bara langsung mematikan sambungan teleponnya, dan jarinya dengan lincah mencari kontak seseorang lagi. Kemudian, dia menempelkan benda pipih itu ke daun telinga kanannya. Tidak butuh waktu lama, panggilannya dijawab.

"Hallo! Chiara dalam bahaya. Tolongin buruan!" Bara berkata dengan pekau, dia berusaha menahan rasa sakit, dan pusing yang menyerang dirinya. Perlahan, genggaman ponsel di tangannya mengendur. Hingga akhirnya, kesadaran Bara pun menghilang.

"Hallo! Bar, Bara! Bara!"

"Bara! Lo kenapa? Bara! Lo di mana monyet?"

"Bara, jawab gue!"

Suara-suara panggilan itu terus terdengar dari ponsel yang sudah tergeletak di lantai, sampai orang yang ditelepon oleh Bara itu memutuskan sambungannya.

*****

"Bara, bego! Bikin panik, eh malah ngilang," umpat Erlan pada ponselnya.

Erlan yang baru saja keluar dari toilet sekolahnya itu mendengus kesal. Lalu, dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana.

"Emangnya Bara bawa Chiara ke mana, sih, sampai itu cewek dalam bahaya?" gerutunya sembari berkacak pinggang dengan dahi yang mengerut.

Dia mulai memikirkan maksud dari Bara sebenarnya apa. Lalu, dia harus pergi ke mana? Sedangkan, Bara tidak memberi tahu keberadaan dirinya saat ini.

Erlan mengacak-acak rambutnya, dia mulai gelisah, dan bingung.

Tiba-tiba, seseorang menepuk pundaknya dari belakang membuat Erlan sedikit terkejut, dan langsung menoleh.

Nampak Fredy dengan tatapan yang mengintimidasi dirinya.

"Bara, Chiara, mereka kenapa? Dan, kenapa lo sebut-sebut mereka?" tanya Fredy dengan sangat serius.

Charmolypi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang