11. Tentang Aileen

1.8K 320 326
                                    

***

"Melupakan butuh waktu.
Mengingat pula butuh waktu.
Lupakan apa yang tak diperlukan.
Dan, ingat apa yang perlu diingat."

***

Gadis itu melihat sebuah bingkai foto berukuran kecil yang tergeletak menutup di atas meja, tepat di samping tumpukan kertas dan sebuah vas bunga. Ia memicingkan matanya. Karena penasaran, buru-buru ia mendekati benda itu, ia dapat melihat jelas tulisan 'FAE' yang terdapat di belakang bingkai itu.

"FAE?" Chiara mengeja tulisan itu, dahinya berkerut bingung.

Kemudian, tangannya membalikkan bingkai tersebut, spontan matanya terbelalak. Gadis itu menatap dirinya di sebuah cermin besar yang tergantung di depannya seraya melepas bingkai foto yang ia genggam hingga mendarat mulus di lantai, dan menimbulkan suara nyaring akibat kaca bingkai tersebut pecah.

Dalam bingkai itu, terdapat foto anak-anak kecil yang sepertinya baru berusia 5 tahun. Ada dua laki-laki dan satu perempuan dengan rambut panjang keriting yang berdiri ditengah-tengah seraya merangkul kedua anak laki-laki itu. Nampaknya, mereka sangat bahagia saat itu, karena terlihat jelas sinar keceriaan yang terpancar pada wajah mereka.

"Semirip ini?" gumamnya tidak percaya dengan apa yang baru ia lihat.

Tok... Tok...

Chiara menoleh ke belakang ketika mendengar suara ketukan pintu, sudah pasti itu Erlan. Gadis itu menatap sendu pintu kamar Erlan.

"Chiara!" panggil Erlan dari luar kamar.

Chiara segera membuka kunci pintu, kemudian Erlan mendorong pintu itu dan masuk.

"Udah selesai 'kan?"

Gadis itu mengangguk. Ia merasa gugup sekarang, takut jika Erlan akan marah padanya karena sudah memecahkan bingkai foto milik cowok itu.

Mata Erlan mengarah pada serpihan kaca bingkai, dia yakin pasti gadis itu sudah melihat fotonya.

"Lo gak apa-apa?" tanya Erlan dengan lembut.

Lagi-lagi Chiara hanya menganggukkan kepalanya. Di mata Erlan, tingkah gadis itu sangat lucu jika sedang seperti ini, tidak seram seperti biasanya.

"Ayo, turun! Bi Yuni udah masakin bubur buat lo," ajak Erlan.

Chiara hanya diam seraya menatap Erlan.

"Kenapa? Takut gue marah karena lo pecahin itu?" Erlan menunjuk bingkai foto yang tergeletak naas di lantai.

"Iya!" seru Chiara.

Erlan menaruh tangannya di kedua bahu Chiara. "Udah gak apa-apa! Gue yakin ada banyak pertanyaan di kepala lo sekarang. Tapi, lo harus makan dulu!" Erlan menarik lembut pergelangan tangan Chiara dan bergegas menuju ruang makan.

*****

Chiara telah menghabiskan semangkuk bubur dan segelas teh manis hangat. Erlan segera membereskan dan menaruhnya di wastafel agar nanti dicuci oleh Bi Yani. Erlan kembali duduk berhadapan dengan Chiara yang sedang memerhatikannya. Tatapan gadis itu sangat tajam, seperti ingin menerkamnya.

Charmolypi [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang