6 - 항상 비 (Always Rain)

698 75 8
                                    

Yoongi baru saja memarkirkan motor besarnya di garasi rumah, lalu melepas helm full facenya dan di taruh di atas badan motor. Kedua matanya langsung menatap mobil audi hitam yang juga terparkir tidak jauh dari kendaraannya berada--seketika raut wajahnya berubah menjadi keruh.

Kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan enggan, dan mendapati sosok laki laki paruh baya yang kini tengah duduk mengobrol di sofa ruang tengah bersama hyunsik.

yoongi sama sekali tidak melirik atau hanya sekedar berbasa basi menyapanya, ia lebih memilih mengabaikan sampai suara bariton itu membuatnya terpaksa berhenti di undakan tangga pertama.

"Kenapa kemarin tidak datang?" Tanya min yoonsu, saat melihat putranya itu selalu saja menganggap dirinya tidak ada setiap kali berkunjung ke sini. Yoongi mendengus sesaat sebelum menatap ayahnya tanpa ekspresi.

"Tidak minat" jawab yoongi acuh tak acuh.

"Yoongi-ah, sampai kapan kau akan seperti ini? Seharusnya kau datang kemarin, karna ibumu sangat menunggu"

Yoongi tersenyum smirk, entah kenapa perkataan ayahnya barusan terasa lucu di telinganya.

"Ibuku sudah tiada, apa kau lupa? Aku tidak mempunyai ibu selain min soora. Dia yang kau maksud hanyalah orang asing" ujar yoongi tenang, berbeda dengan yoonsu yang mulai memerah wajahnya menahan amarah.

"Aku tidak pernah mengajarimu berkata tidak sopan! Dia ibumu juga yoongi, bukan orang asing" tekan yoonsu, ia sangat tidak suka atas ucapan anaknya barusan.

"Apakah ayah juga sopan? Menikah lagi tanpa meminta persetujuan dariku? Jangan pernah sebut dia ibuku, karna aku tidak pernah lahir darinya"

Yoonsu terdiam di tempatnya. perkataan yoongi berhasil membuatnya bungkam, begitu juga hyunsik yang hanya membisu menyaksikan pertengkaran ayah dan anak itu yang sering sekali terjadi jika keduanya bertemu.

"Ada lagi yang ingin kau bicarakan? Jika tidak--Aku lelah ingin tidur" sambung yoongi, kemudian pergi meninggalkan ayahnya yang masih membatu di tempat tanpa bisa berkata kata.

Yoonsu menatap kepergian yoongi hingga hilang dari balik pintu kamar, lalu mengatur nafasnya yang sedikit memburu akibat menahan kekesalan. Dirinya harus selalu sabar jika berhadapan dengan putra satu satunya itu.

"Dia mirip sekali dengan nyonya tuan" lirih hyunsik pelan.

"Aku tahu, maka dari itu aku tidak pernah bisa kasar padanya" yoonsu memijit keningnya yang mulai terasa pusing.


***


Yoongi merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa melepas seragam dan sepatunya terlebih dahulu. Pandangannya langsung menerawang jauh pada atap telafon putih di atas sana. Kedatangan ayahnya sungguh membuat mood nya memburuk. Pembahasan soal ibu memang selalu masuk dalam jajaran hal paling sensitif baginya.

Kini ia merubah posisinya menjadi duduk di bibir kasur, dan membuka laci nakas untuk mengambil barang berwadah persegi, dan juga pemantiknya. Jika fikirannya sedang runyam seperti ini, rokok akan menjadi benda pelampiasannya selain minum. Yoongi tidak perduli jika tubuhnya rusak karna sering menghisap nikotin, baginya itu tidak seberapa karna memang dirinya telah hancur lebih dulu semenjak di tinggal oleh ibu kandungnya.

Asap putih itu berhasil lolos dari bibir ranumnya, membawa pergi segala kepenatan yang sempat ia rasakan. Meskipun berlaku sementara, setidaknya itu jauh lebih baik.

Seketika bayangan jieun terlintas di benaknya--bagaimana banyaknya luka lebam di tangan gadis itu yang sebenarnya membuat dirinya amat penasaran. Yoongi sama sekali tidak bodoh, jelas jelas itu adalah luka pukulan--tapi jieun selalu mengelak dan berkata bahwa itu adalah luka yang di dapat karna sering terjatuh.

Untitled Love [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang