Pagi ini hujan turun lumayan lebat, menciptakan genangan air di setiap jalanan yang berlubang. Yoongi melajukan mobilnya sesuai standart kecepatan, di temani suara air hujan yang terus menerus menghantam atap mobil.Biasanya kalau lagi hujan lebat begini yoongi memang lebih memilih membawa mobil dari pada motor, kecuali jika hujannya memang tidak sederas sekarang.
Mobil hitam berjenis sport yang harganya bila di taksir bisa menyentuh angka milyaran rupiah itu hanya ia gunakan di waktu waktu tertentu saja, dirinya cuma tidak ingin mengambil resiko basah kuyup karna nekat naik motor.
Sejujurnya yoongi paling malas membawa mobil mahal, bukan tanpa alasan--ia sangat tidak suka jadi pusat perhatian. Warga sekolah biasanya akan heboh berlebihan.
Sementara Jieun masih setia membungkam mulutnya, jendela mobil yang berembun menarik atensinya sampai detik ini. Kejadian kemarin sungguh membuat keadaan berubah menjadi canggung. Gadis itu yang biasanya akan membuka obrolan terlebih dahulu seakan kini enggan bersuara.
Sampai akhirnya mereka berdua telah sampai di tempat tujuan. Jieun meremat jari jari tangannya ketika melihat kalau di luar hujan belum juga reda, sedangkan payung yang mereka bawa hanya satu.
Jieun refleks menoleh saat mendengar suara pintu mobil di tutup, ia melihat yoongi yang ternyata sudah berada di luar dengan payung di tangannya yang sudah di lebarkan. Laki laki itu kemudian berjalan mengitari mobil untuk sampai ke pintu sebelah.
Tak lama dari itu, yoongi mengetuk kaca mobil menyuruh agar jieun keluar dan berbagi payung dengannya. Nafas jieun rasanya jadi tersendat, kejadian kemarin masih jelas terekam di otaknya, tapi mau bagaimana lagi--tidak ada cara lain agar tubuhnya tetap kering.
Dengan perasaan gelisah, jieun keluar dari dalam mobil yang langsung di sambut oleh payung yang di pegang oleh yoongi. Laki laki itu segera menarik, dan melingkarkan tangannya di pinggang jieun hingga mempersempit jarak agar keduanya tidak terkena air hujan. Seakan akan kejadian kemarin sama sekali tidak pernah terjadi.
Hati jieun rasanya seperti kembang api di malam tahun baru, ketika mereka berdua melewati luasnya lahan sekolah menuju kelas, dengan di tatap banyak murid yang juga baru berdatangan.
***
Yuna memekik histeris saat melihat mobil sport mahal berhenti di salah satu lahan parkir, dan jeritan hebohnya semakin menjadi ketika yoongi, si laki laki idola sekolah itu turun dari dalam mobil mahalnya. Bagi yuna yoongi amat sangatlah menawan, bahkan di matanya hanya melihat yoongi diam saja bisa membuat dirinya sinting bukan kepalang.
Tapi tak lama dari itu wajah yuna berubah masam saat tahu ada jieun bersama yoongi, apa lagi kedua manusia tersebut saling berbagi payung, dan itu sukses membuat hatinya panas.
"Pemandangan yang sungguh aku benci!" Kata yuna mendesis sambil meremat payung di genggamannya.
"Apa yang telah di berikan gadis itu sampai yoongi mau dengannya? sungguh tidak masuk di akal" Jiwon ikut mendumal.
"Tubuhnya mungkin" Ujar sunhe menimpali.
Di antara kehebohan tiga gadis modis tersebut, dari jarak satu meter di belakang--sepasang mata seuli juga menangkap kejadian serupa. Harusnya ia tidak datang di waktu sekarang, hatinya ikutan memanas tidak terima.
Hantaman air hujan pada payungnya tidak membuat suara jeritan benaknya mereda. Sedih, benci, kesal, kecewa berbaur menyatu. Seuli tahu betul ia bukanlah lagi siapa siapa yoongi, tapi bisakah hubungannya kembali seperti dulu?
Satu fakta yang tidak bisa seuli pungkiri adalah bahwa hatinya ternyata masih tertarik dengan sosok laki laki tersebut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled Love [ Completed ]
Fanfic[ Harap Follow terlebih dahulu sebelum membaca ] Min Yoongi, si brandalan SMA yongsan yang hobi sekali tidur di perpustakaan sekolah. baginya, tidak ada hal yang lebih penting dari pada bermalas malasan. Hanya ada tiga hal yang ia sukai di dunia, ya...