Kredo Pela

30 2 0
                                    

Ini tanah pusaka kami, Tuan bumi yang beribu kepada sila ketiga dan berbapak kepada Amukti Palapa. Puakku bukan anjing aduan, Tuan yang gemar mencabik sahib serahim sendiri, mencambuk misan sebuyut sendiri sebab berbaiatnya moyang kepada pela berbagi merah dalam darah dan berputih tulang bagi kami anak-anaknya.
     
Ini negeri kami, Tuan tempat kami berbiak bukan untuk menikam jumantara dengan keris apalagi bersetia menuhankan krisis. Ibadah kami adalah khusyuk mengimani pela sebantal dengan Dayak, sepiring dengan Bugis, serangkul dengan Ambon, semeja dengan Gayo, sekarib dengan orang Dani.
      
Indonesia kampungku, Tuan. Bumi yang khatam dengan sedan anak-anaknya. Ambon '99 yang menagih darah saudara kami, Sampit 2001 saat kami menjerit dan tersedu, Wamena 2019 kala lara bertahta dan isak menderas. Bosan karam dalam darah misan serahim, penat tersandung mayat karib yang berjejer menyesaki kota dan kampung.
      
Jangan paksa tanahku memurtadi pela, Tuan sebab udara adalah rumah bagi adzan dan lonceng gereja bersaudara bukan tempat anak-anak bumi memaki perkara adat. Sebab air semestinya adalah karib bagi tubuh yang berwudhu dan bertirtha bukan memadamkan Sampang yang dimakan bara, sebab tanah berbagi datar sebagai sajadah dan altar bagi ibadah Minggu bukan calon pusara tempat kami melepas saudara seari-ari yang mati di hari toleransi sunyi.
     
    
   
    
    
   
     
11/3/2021

Manuskrip Rumah ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang