Bumi Pancawarna

37 2 0
                                    

Di tumit Baliem matahari pulang dari mimpi dan sepotong arunika sebagai oleh-olehnya lingsir memanaskan batu-batu yang sebentar lagi dipeluk api dan abu bersama hasil bumi sebagai ibadah membidani silaturahmi.
     
Surya khusyuk berkulminasi di sembiran Losari memplitur molek tubuh pinisi mahsyur yang kayunya berkarib mata kapak orang Ara, yang kemudinya adalah pengantin jemari suku Bira, yang oroknya atas restu kampung Lemo diperkenankan dewasa dan terparkir di banyak samudra.
      
Matahari merembang merabungi Barito yang di tubuhnya berkeliaran jukung rimbun hasil bumi mengakas nafkah sedari subuh pecah oleh mesin klotok yang rangaknya tumpah, oleh pita suara yang lempar melempar niaga.
      
Di lembah yang dipuncaki Candi Arjuna sepucuk swastamita berpentas ria bersedarun bundengan yang rutin menggitakan Lir-Ilir beranak dari pita suara gembala kecil sambil badannya halau sapi, kambing, angsa, masuk jerumun menyusul baskara.
       
Sepucuk tabuik berkafan ombak Gandoriah selepas tubuh maghrib ringkih lalu punah. Dilongokinya lantai Hindia sebagai liang lahatnya, "Dalam lebur tulang-belulangku kini semoga muruahku abadi di sela-sela jari tempat peradaban dibidani dan tak luput melantan leluri."
    
    
     
    
      
12/2/2021

Manuskrip Rumah ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang