Di utara terbaring Marsinah. Di sekitar makamnya darah buruh masih saja tumpah.
Di timur kubur Munir dilupa dan perlahan hancur.
Di selatan nisan Salim Kancil digilas truk pengangkut pasir dan kerikil. Hilir mudik merampok alam, merusak bumi.
Di barat rimba Wiji Thukul hilang dalam karat, tak pernah terlihat.
Tanah republik ini adalah hamparan luas pusara kemanusiaan. Tak terhitung berapa kali diguyur darah. dan air mata.
Iman kebenaran selalu dijawab dengan mata yang dicongkel, setrum sekujur tubuh, pukuli hingga mati, rajah dera, dan peluru merobek dada.
Pemilik kuasa menjelma lintah, isap habis rakyat punya darah. Bernafas dalam bayang-bayang penjara dan bergerak di bawah todongan senjata.
Fajar kebenaran datang seribu tahun lagi, kita dipaksa berkarib gelap dengan mulut sunyi abadi.
XXIII/VI/MMXX