I
Amak yang melahirkan aku dan dirimu tentu saja amat bersedih dengan tubuh ringkih saat ini. Saripati Malin Kundang menderas di pembuluh darah kita, mengisi setiap kapiler, dalam merasuk badan. Sungguhlah kita lupa beradab terima kasih atas kasih yang kita terima. Amak mengasih kita rotan, buah-buahan, jernih mata air, aneka satwa, kayu-kayu, padma panacea yang dengan tulis ia besarkan sendiri dengan tabah teruntuk anak-anaknya. Kita buah hati yang menerima kasihnya mengasihinya dengan literan bensin, nyala raya, kampak-kampak, bulldozer penjemput ajal pepohonan, dan patok-patok tanah tempat gulma sawit dan real estate mekar kelak.
Demikianlah amak menyayangi kita, demikianlah kita yang menyia-nyiai amak.
II
Dalam tubuh kita meranum DNA Malin Kundang. Kita perlahan-lahan membunuh amak selepas kita sudah cukup besar lepas dari buai amak. Tidak ada apapun yang tersisa dari tubuh amak selain pembuluh darahnya adalah kotor Kali Ciliwung. Selain helai rambutnya yang berguguran adalah binasa rimba Borneo dan Andalas. Selain kulit yang rapuh adalah tanah tandus kerontang bekas tambang. Selain mata yang sayu dan mati adalah laut tempat residu industri bermukim. Hidung dan paru-parunya adalah suaka polutan udara yang kita derma. Telinganya telah lama tuli oleh bising kota-kota.
Demikianlah amak yang mengasihi aku dan engkau, demikianlah aku dan engkau yang mengasih amak angkaramurka.
III
Demikianlah ia yang membubuh cinta kepada kita, demikian jugalah kita yang membunuh biru terhadap tubuhnya.
Oktober, 2019