I
Tan adakah kau bakal terisak bila membersamai kami kini sebab melihat proletar yang kau bela dahulu lambungnya kini masih terpencil dari nasi dan berdebu?
Dibanding terisak kau lebih memilih imami gerilya sekali lagi lempar madilog ke depan istana. Hujani gerpolek ke ruang rapat dewan kita.
Datuk, maafkan kami telah biarkan cita-cita berdikari berdebu dan sunyi.
II
Tan mungkinkah pita suaramu bakal serak kidungkan protes yang beranak-pinak bila kau kini serumah dengan kami melihat republik yang susah payah kau bidani dijarahi sekali lagi sementara proletarnya disuruh angkat kaki sambil ikhlasi sawah dan rumah digusur untuk mainan investasi?
Mana mungkin kau biarkan tani sendirian saja mengunyah sabda-sabda! Seperti dulu kepalmu akan meninju kau imami revolusi tanpa peluru supaya berdikari bermuara baka sepanjang waktu.
Datuk, ampuni kami terlambat imani kepalmu.
III
Tan adakah kau bakal menangis darah jika kau sepiring dengan kami kini mengoper bulir nasi terakhir ke saudara yang jauh dari kenyang sebab raja-raja mengira kita makan semen dan besi untuk itulah mereka khusyuk gusur kuning-kuning padi?
Mustahil kau berduka bibir dan biarkan murba mati! Seperti silam kau hidupi tungku gerilya menanak daulat supaya marhaen akrab dengan nasi hangat.
Datuk terima insyaf kami yang hari ini baru hidupi gerilyamu.
16/1/2021