Ambivalensi Seremoni

38 4 0
                                    

Sekali setahun pita suara kita
keranjingan mencekok
kuping demi kuping mereka
dengan rampai khotbah hambar,
"Ini hari kalian silakan dirayakan,"
sembari khusyuk
dalam sembahyang apatis
tak tahu gendang telinga mereka
sudah lama pecah
oleh televisi yang jeritannya
adalah elegi kebangsaan lokalisasi,
yang berdesibel lengkingnya
adalah propaganda lacur
partai juga imam mereka,
yang rangak bunyinya
adalah sunyi etika
muka-muka menor
periuh peradaban

Sekali setahun juga
sepuluh jari latah menyamun
huruf demi huruf
dari linimasa teman
sebagai bahan baku postingan
juga panjang pesan terusan
sebagai sorak sorai hari anak
yang kaya klise hasil berjam-jam
semadi menyabung muka
ke layar gawai
pikun dengan anak yang seharian
menjadi jemaat laman-laman porno,
terpencil dari mereka
yang kini alergi buku
yang semalam suntuknya
adalah silaturahmi panjang
kepada rampai gim perang.

Sekali setahun kita berseremoni
menghibah ke mereka
wajah-wajah ramah
wajah yang kemarin pula
dan abad demi abad
membiak marah juga serapah.
Sekali setahun kita basa-basi
lidah tenuni antologi pengharapan
kepada mereka yang sejak purba
sudah lucut tegak kepalanya
musabab tengkuk kita khusyuk
membungkuk
kepada gemilang biografi
anak jiran di kanan dan kiri.
Sekali setahun kita biarkan mereka
tak putus-putus susui tanda tanya
perihal setan apa yang bersuaka
di tubuh bapak dan ibunya,
minggat sehari setahun
lalu menyodor basa-basi,
"Selamat hari anak untuk putra
dan putri kami."







26/7/2021

Manuskrip Rumah ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang