Kebetulan hari ini hari Minggu. Itu artinya semua kegiatan pondok libur. Muya sudah datang, dan kini sedang berada di kamar ku.
"Ini mbak ada sedikit makanan, Monggo di makan" ucap Muya pada teman-temanku. (Monggo=silahkan)
"Mboten usah repot-repot Tante, sampe di bawain makanan segala" ucap Linda. (Tidak usah)
"Halah Lin, ngomong ae lak seneng!" Jawab Chika membuat semuanya tertawa. (Bilang saja kalau senang)
"Kita sedih Lo mbak kalo sampean boyong" ucap Citra.
"Sedihnya kenapa cit" timpal Alya.
"Gada yang bawa makanan gratis tiap dua Minggu sekali"
"woooooo" sahut yang lain menonyor citra.
Muya hanya tersenyum melihat tingkah laku teman-temanku yang terkesan bar-bar itu.
"Gapapa, Insyaallah kalo ada waktu luang aku mampir kesini bawain kalian makan" jawab aku.
"Bener Lo mbak" sahut Kia.
"Iya Ki, tapi ntar kalo aku udah nikah"
"Yo selak lulus aku mbak" jawab kia membuat semuanya tertawa. (Selak=sampai)
"Aku bakal rindu kalian!" Ucapku setelah menyalami dan memeluk mereka satu-persatu.
Beberapa teman kamarku membantu ku membawa barang ke mobil termasuk Afisa dan Firda. Semua barang sudah tertata di jok belakang. Tiba-tiba Afisa memelukku sambil terisak.
"Kamu kenapa Sa?" Tanyaku.
"Kamu jahat Sya, masa aku ditinggal" ucapnya kesal.
"Mau pindah mondok bareng aku?" Tawarku.
"Dimana?"
"Al-Baity" jawabku.
"Iih yang bener aja kamu. Lagi serius malah diajak bercanda"
"Lahh aku serius, iya kan Muy?" Ucapku untuk memastikan pada Muya.
Muya hanya menyenggol pelan lenganku.
"Sudah Sa, dimanapun cari ilmu itu sama saja, tergantung kitanya mau menyerap ilmu seberapa banyak. Jangan karena teman loh" peringat Muya pada Afisa.
"Iya Tante" jawabnya yang masih sesenggukan.
"Kamu kalau liburan juga gapapa main kerumah. Belum pernah main kerumah kan?"
"Boleh tan?"
"Tentu boleh dong, emang siapa yang ngelarang?"
"Itu si Nasya. Masa Tan saya mau main ke rumahnya ga pernah di bolehin" jawab Afisa membuat ku meringis pada Muya.
Muya hanya menggeleng, mengerti akan alasanku mengapa tak pernah membawa teman kerumah termasuk Afisa.
"Mulai sekarang gapapa main kerumah" ucap Muya membuat Afisa senang, begitu juga temanku yang lain,
"Kami juga boleh kan Tan?"
"Boleh kok" jawab Muya tersenyum.
"Yasudah kami mau sowan ke Bunyai dulu ya! Buyanya Nasya Uda didalem soalnya"
"Ooh iya Tan gapapa, kami juga pamit ke kamar"
"Oiya makasih juga sudah bantuin"
"sama-sama Tan kami pamit assalamualaikum... Dada Nasya" ucap mereka meninggalkan ku dan Muya.
"Muya kok ngebolehin mereka main kerumah sih?"
"Lahh kenapa memangnya?"
"Muya kan udah tau alasan Khalwa. Besok-besok kalau mereka bener-bener mau kerumah ku bawa kerumah jiddah aja" ucapku sedikit kesal. Muya hanya tersenyum menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Mahreen" [END]
Fiksi Umum"Saat alasan untuk bertahan pun sudah tiada bolehkah aku memilih untuk berputus asa?" Mahreen Nasyauqi Khalwa Rank #1 - Berat #1 - Ning #2 - Pesantren #1 - Lelah #3 - Ikhlas