Apa kabar semua?
Semoga sehat selalu ya...
Cuma pen bilang
Bacanya diseriusi dikit ya...
Soalnya rada absurd🙈
Maapkan ide-ide ku yang gajelas ini🙏🙏🙏
Selamat membaca
Semoga suka 😊
***
Sudah dua Minggu aku memiliki kesibukan di luar rumah. Muya memintaku untuk membantu mengelola restonya. Resto yang dulu dibangun bersama kedua sahabat Muya.
Cabang yang sudah berjumlah enam membuat Muya dan kedua sahabatnya harus membagi tugas dalam mengelola. Muya mendapat bagian resto pusat juga cabang terbaru. Kebetulan jaraknya agak jauh dari rumah.
Setiap pagi aku diantar Gus Zuhayr atau mbak Siti. Ya, karena aku tak bisa mengendarai kendaraan apapun kecuali sepeda.
Sejak pagi jadwalku di luar ruangan sangatlah padat. Aku melakukan sedikit perubahan pada resto pusat agar menambah ketertarikan konsumen. Usai shalat Dzuhur aku bertemu dengan pihak properti bersama mbak Lala menejer resto. Membahas beberapa keperluan juga kesepakatan.
"Terima kasih mbak Nasya atas kerjasamanya. Semoga berjalan lancar!" Ucap Dhea dari pihak properti.
"Aamiin.. sama-sama mbak Dhe..."
"Kalo gitu saya pamit dulu ya! See you next time!" Ucap mbak Dhea meninggalkan aku dan mbak Lala.
"Mbak La kita Shalat asar dulu ya! Sudah hampir masuk asar ini" ajakku pada mbak Lala.
Kami memilih menunggu asar di masjid depan kantor mbak Dhea. Benar saja, baru selesai wudhu adzan berkumandang.
Masjid hanya berisi jamaah yang sudah sepuh. Hal seperti ini sudah biasa. Tatkala umur semakin renta, ibadah semakin ditingkatkan. Para orang tua yang sudah tak lagi bekerja menghabiskan waktu untuk beribadah kepada Allah.
Tapi, untuk beribadah kepada Allah jangan menunggu tua ya! Umur tidak ada yang tahu. Syukur-syukur jika Allah memberi umur panjang, jika tidak?. Alangkah baiknya untuk kita terus memohon ampun dan beribadah kepada Allah.
"Nasy, aku angkat telpon bentar ya!" Pamit mbak Lala.
Aku masih melipat mukenah yang sudah kukenakan. Kemudian sedikit merapikan kerudung dan keluar dari masjid.
"Mbak Lala kenapa?" Tanyaku melihatnya panik setelah menerima telepon.
"Ibu ngabarin, Aqil badannya panas dan sekarang dibawa ke RS. Aku antar kamu ke resto dulu ya!" Mbak Lala ini seorang janda anak satu.
Suaminya meninggal satu tahun yang lalu karena kecelakaan. Disaat putranya masih berumur tiga tahun.
"Ngga usah mbak! Aku ikut mbak aja ke RS, sekalian mau tahu kondisinya Aqil. Biar nanti aku minta jemput di sana saja" tawarku membuat mbak Lala menyetujui.
Aku menghubungi Gus Zuhayr agar menjemput ku ke rumah sakit tempat Aqil di rawat. WhatsApp Gus Zuhayr terlihat online, namun ia tak kunjung membaca pesanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Mahreen" [END]
General Fiction"Saat alasan untuk bertahan pun sudah tiada bolehkah aku memilih untuk berputus asa?" Mahreen Nasyauqi Khalwa Rank #1 - Berat #1 - Ning #2 - Pesantren #1 - Lelah #3 - Ikhlas