Benar-benar diluar dugaan. Buya merayakan pernikahan ku dengan sangat meriah. Kamarku sudah didekor nuansa putih Dongker. Di luar pun juga.Untuk kuade sengaja diletakkan di asrama putri, khusus untuk tamu putri. Tenda juga didirikan didepan ndalem untuk tamu putra. Tenda didirikan sepanjang halaman ndalem juga halaman asrama putri. Soundsystem juga sudah bergantung sejak kemarin malam.
Sejak setelah shalat subuh tadi aku duduk di kursi depan kaca rias. Makeup juga kerudung sudah selesai di pasang. Tinggallah mengganti baju. Perias membantu ku memakai gaun pengantin.
"Alhamdulillah sudah Ning!" Ucap mbak Nina periasku.
"Terima kasih mbak sudah membantu"
"Sami sami Ning! Kulo pamit riyin nggih, Tasik ajenge pindah!" Ucap mbak Nina setelah membereskan alat-alat yang digunakan baru saja. (Sama-sama Ning, saya pamit dulu ya. Masih mau pindah)
"Ke belakang dulu ya mbak!" Titahku.
"Mpun Ning! Takut mboten nututi. Mangke siyang nggih Kulo Tasik mriki Malih" (Jangan Ning! Takut telat. Nanti siang saya masih kesini lagi)
"Oalah iya sudah mbak, terima kasih banyak".
Setelah kepergian mbak Nina, aku sendirian di kamar. Sekitar satu jam lagi akad akan dimulai. Keluarga dari mas Kahfi masih belum datang. Mungkin sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Mahreen" [END]
General Fiction"Saat alasan untuk bertahan pun sudah tiada bolehkah aku memilih untuk berputus asa?" Mahreen Nasyauqi Khalwa Rank #1 - Berat #1 - Ning #2 - Pesantren #1 - Lelah #3 - Ikhlas