10. Ilmu Nahwu

2K 157 6
                                    

فَعَّلَ - يُفَعِّلُ - تَفْعِيلاً - تَفْعِيلَةً - تَفْعَالاً - تِفْعَالاً - مُفَعَّلاً - فَهُوَ - مُفَعِّلٌ - وَذَاكَ - مُفَعَّلٌ - فَعِّلْ - لاَتٌفَعِّلْ - مُفَعَّلٌ - مُفَعَّلٌ

Lantunan tashrif menggema, mengiringi fajar pagi. Banyak santri sudah duduk dikelas sesuai tingkatannya masing-masing. Tak jarang beberapa yang masih berlarian menuju kelasnya sebelum terlambat.

Pengurus keamanan sudah bersiap untuk memeriksa tiap kamar. Banyak santri yang terkadang memiliki seribu alasan karena enggan mengikuti Diniyah pagi. Kebanyakan bukan santri baru yang melakukan hal demikian, santri lama lah yang lebih berpengalaman.

Bagaimana tidak? Santri baru masih takut-takutnya pada peraturan. Jamaah tepat waktu, Diniyah berangkat awal, bahkan mandi pun di antrian paling depan.

Berbeda dengan santri lama yang sudah mengetahui titik lemah dan titik curi dari pengurus. Maklum lah, dalam belajar pasti akan ada up down nya.

Sama halnya saat kita menaiki tangga. Di tangga pertama, kedua, ketiga, kita masih bersemangat untuk terus melangkah menuju puncak. Namun saat sudah melewati empat pertiga, setengah, bahkan masih sepertiga perjalanan, pasti akan merasakan lelah.

Saat merasakan lelah, bukan berarti kita berhenti dan memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi. Melainkan ada kalanya kita berhenti sejenak, mengumpulkan kembali tenaga yang sempat terkuras untuk kembali melanjutkan perjalanan yang tertunda.

Aku kini duduk di kelas satu awaliyah. Kebetulan ummah lagi kurang enak badan, sehingga beliau meminta ku untuk menggantikannya. Kelas ini masih bisa dibilang santri baru semua, rata-rata dari mereka masih kelas 7 SMP.

Beberapa sudah ada yang rapi dengan seragamnya. Namun masih ada juga yang sangat terlihat muka bantalnya. Ada yang khusyuk membaca tashrif ada pula yang sudah berusaha menopang dagunya agar tidak roboh.

Ah, mereka mengingatkan ku akan awal masuk pesantren dulu.

"Baik, Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh" ucapku setelah mereka menyelesaikan tahsrif terakhirnya.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh" jawab mereka dengan berbagai ekspresi.

"Baik semuanya, sebelumnya perkenalkan saya Mahreen Nasyauqi Khalwa. Disini saya ditugasi untuk menggantikan Bunyai, karena beliau sedang kurang enak badan" ucapku memperkenalkan diri.

Setelah itu aku membaca daftar hadir untuk mengecek kehadiran para santri.

"Kemarin materi terakhir sudah sampai mana?"

"Fi'il mujarrad Ning..." Jawab mereka.

"Okey, ada yang masih ingat fi'il mujarrad itu apa?"

"Dipersilahkan mbak" ucapku pada santri yang mengacungkan tangannya.

"Fi'il mujarrad yaitu fi'il yang terdiri dari fa' fi'il, 'ain fi'il, dan lam fi'il saja dan tidak ketambahan huruf ziyadah. Sifat dari fi'il ini adalah sama'iy yaitu untuk mengetahui kebenarannya harus mendengar langsung dari orang Arab atau melihat kamus"

"Jawaban yang bagus! Selanjutnya wazan dari fi'il mujarrad apa saja? Siapa yang bisa menjelaskan?"

"Saya Ning!"

"Ya dipersilahkan"

"Yang pertama dari fi'il madhi فَعَّلَ memiliki fi'il mudhari' يَفْعَلُ، يَفْعِلُ، dan يَفْعُلُ. Kemudian dari fi'il madhi فَعِلَ menjadi يَفْعِلُ dan يَفْعُلُ. Yang terakhir fi'il madhi فَعُلَ menjadi يَفْعُلُ".

"Mahreen" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang